Gelaran Liga Inggris musim ini menyajikan banyak cerita dan rasa. Tapi, cerita yang dirasakan Manchester United boleh dibilang tidak mengenakkan, khususnya bagi penggemarnya.
Mengawali musim sebagai runner-up Liga Inggris dan Liga Europa musim lalu, mereka terlihat meyakinkan, karena sukses mendatangkan pemain bintang macam Raphael Varane, Jadon Sancho, dan Cristiano Ronaldo.
Tak heran, sebagian pihak menyebut, MU sebagai satu tim yang akan berbicara banyak musim ini.
Memang, pada akhirnya, rival sekota Manchester City ini bisa berbicara banyak musim ini. Masalahnya, yang banyak berbicara dari tim ini hanya masalah demi masalah.
Ada performa tim yang inkonsisten, konflik di ruang ganti pemain, dan pergantian pelatih di tengah musim. Mirip mobil balap dengan tambahan mesin kelas satu, tapi penuh turbulensi.
Apa boleh buat, semua situasi ini membuat Manchester United FC lebih layak disebut sebagai "Manyun FC", karena performa tim di lapangan hijau ternyata sering membuat suporternya memasang wajah manyun.
Sebenarnya, di tengah situasi runyam ini, mereka masih punya Cristiano Ronaldo yang mampu mencetak lebih dari 20 gol, dan David De Gea, yang kerap membuat penyelamatan gemilang di bawah mistar.
Masalahnya, sistem permainan yang ada tidak berjalan sesuai rencana awal. Lini tengah kering kreasi, sementara lini belakang justru sukses membuat suporter lawan senang, karena hobi membuat blunder.
Soal masalah blunder di lini belakang, kebanyakan Manchunian dan media kompak menyebut nama Harry Maguire sebagai kambing hitam. Maklum, bek tengah termahal dunia itu kerap jadi titik lemah.
Dari posnya, lawan sering mengekspos jantung pertahanan dan mencetak gol. Alhasil, harga 80 juta pounds yang tersemat padanya justru jadi lelucon, seperti halnya performa tim secara umum, yang jauh lebih gacor dalam menghadirkan meme lucu di media sosial, ketimbang mencetak gol di lapangan.