Final Carabao Cup rasa final Liga Champions. Begitulah pendapat saya mengenai pertandingan final Carabao Cup alias Piala Liga Inggris antara Liverpool vs Chelsea, Minggu (27/2).
Mungkin, pendapat saya terdengar berlebihan, karena ini hanya kompetisi piala domestik di Inggris, beda level dengan Liga Champions.
Tapi, jika melihat jalannya pertandingan, kualitas permainan yang ditampilkan kedua tim di lapangan benar-benar layak untuk disajikan di final. Paketnya pun lengkap: kedua tim saling serang, dalam permainan tempo tinggi, dan sama-sama bermain taktis.
Ditambah lagi, pelatih kedua tim sama-sama menerapkan taktik andalan, untuk membongkar pertahanan lawan maupun bertahan.
Di sudut merah, Juergen Klopp seperti biasa mengandalkan taktik gegenpressing saat menyerang, dan sesekali menerapkan taktik jebakan offside saat bertahan.
Di sudut biru, Thomas Tuchel juga mengandalkan gegenpressing, dengan mengkombinasikan antara pertahanan rapat dan serangan balik cepat.
Alhasil, tercipta duel ketat di waktu normal dan perpanjangan waktu. Ada sejumlah peluang tercipta, tapi tak ada yang menjadi gol.
Kedua tim sama-sama mampu meredam taktik lawan masing-masing, sehingga pertandingan berakhir tanpa gol.
Sebenarnya, baik Liverpool maupun Chelsea punya peluang berbahaya yang nyaris jadi gol.
Liverpool nyaris mencetak gol, andai tendangan Mohamed Salah tak disapu Thiago Silva di dekat mulut gawang. Padahal, bintang Mesir ini sudah mengecoh kiper Edouard Mendy.