Uniknya, Opa juga pernah mengatakan, jika ada yang ingin membantu, ada kalanya bantuan itu boleh diterima. Begitu juga waktu ada yang mengejek secara fisik, tidak selalu bisa dibalas ejekan, kecuali waktu sedang bercanda, atau sudah keterlaluan, karena sikap itu adalah satu bagian dari proses penerimaan diri.
Kalau sudah menerima diri sendiri, lingkungan seharusnya akan ikut menerima, kecuali jika lingkungan itu sudah "kebangetan" alias toksik.
Mungkin, memori di atas terdengar bagus, tapi, di tempat yang sama, ada juga memori sulit, tepatnya saat momen pemakaman Opa, akhir bulan Februari 2014 lalu. Waktu itu, saya mendampingi peti jenazah Opa sendirian di dalam mobil jenazah, dalam perjalanan dari rumah duka ke kompleks pemakaman.
Sebenarnya, ini terasa sulit, tapi saya tidak punya alasan untuk berkata tidak, karena Opa selama ini sudah sangat baik, bahkan sempat melempar "pesan pamitan" dan "pesan wasiat" sebelum berpulang.
Karena itulah, setidaknya, saya harus kuat untuk ini. Jika biasanya Opa "mengantar" saya waktu berjalan-jalan, waktu itu giliran saya "mengantar" Opa ke peristirahatan terakhir.
Selain memori tentang Opa, ada juga sekelebat memori soal masa kecil, seperti halnya yang dimiliki generasi ayah saya di kota sejuk ini.
Tapi, memori itu telah menjadi sebentuk gap generasi, karena teman-teman masa kecil saya kebanyakan sudah (minimal pernah) pergi merantau. Kalaupun ada yang pulang kampung, mereka masih punya kesibukan yang tidak bisa diganggu.
Gap generasi ini memang masih diisi generasi senior, dan bisa saja saya ikuti, dalam posisi sebatas mendengar.
Meski begitu, jujur saja, ada kalanya ini bukan untuk saya ikuti, apalagi jika topik bahasannya sudah menjurus toksik, misalnya perbandingan soal status perkawinan, pekerjaan, jumlah cucu, atau jumlah anak.
Jika Imlek adalah satu momen silaturahmi, seharusnya ini bisa jadi memorable dalam artian positif, bukan sebaliknya, atau hanya sepotong-potong.
Mungkin, masalah gap generasi ini menjadi satu bagian menyebalkan. Tapi, kesempatan untuk kilas balik memori berkesan, sambil ikut mendoakan orang-orang terdekat di peristirahatan terakhir mereka, tetap menjadi satu hadiah spesial di saat Imlek.