Bicara soal peran "pembeda" dalam sepak bola, pandangan pertama sebagian orang mungkin akan langsung tertuju pada pemain bertipe kreatif, playmaker, atau punya kemampuan individu di atas rata-rata.
Tapi, dalam tiga laga terakhir Liverpool, termasuk saat melawan tuan rumah Crystal Palace di Liga Inggris, Minggu (23/1), peran pembeda itu hadir di sebuah kemampuan, yakni umpan silang.
Kemampuan ini memang jadi satu senjata andalan Liverpool dalam membangun serangan, lewat duo bek sayap Andy Robertson dan Trent Alexander-Arnold.
Seperti diketahui, sejak empat tahun silam, keduanya menjadi pemasok umpan silang andal bagi rekan-rekan setimnya. Entah dalam situasi permainan terbuka, sepak pojok, atau tendangan bebas, akurasi umpan dan visi bermain mereka kerap menjadi pembeda.
Keberadaan mereka kadang lepas dari pengamatan, karena sering sibuk berjibaku menahan serangan dari sisi sayap. Memang, belakangan ini, tim lawan sudah cukup banyak mempelajari pola pergerakan mereka, sehingga mulai bisa diredam.
Masalahnya, kehadiran Kostas Tsimikas di pos bek kiri, terutama saat Andy Robertson absen, telah menghadirkan kebingungan buat lawan. Maklum, bek sayap asal Yunani ini ternyata juga punya kemampuan umpan silang yahud.
Inilah yang membuat pola taktik umpan silang Liverpool musim ini agak sulit ditebak. Maklum, "paket" umpan silang kiriman para bek sayap Liverpool tak hanya datang dari sekitar area kotak penalti lawan, tapi juga bisa datang dari area setengah lapangan sendiri.
Masalah buat tim lawan kini bukan hanya datang dari duet utama, tapi juga dari seorang pelapis bermuka ngantuk, yang musim lalu masih jarang mendapat kesempatan bermain.
Ditambah lagi, Trent Alexander-Arnold juga diketahui punya kemampuan mencetak gol dari tendangan bebas langsung atau tendangan jarak jauh, seperti golnya ke gawang West Ham dan Newcastle United beberapa waktu lalu.
Alhasil, pos bek sayap kini bak menjadi posisi "playmaker" dadakan dalam sistem gegenpressing ala Juergen Klopp.