Sayangnya, momen ini jadi satu titik balik, karena tak lama kemudian mereka kembali kebobolan. Berawal dari salah umpan Jonjo Shelvey karena pressing ketat Sadio Mane, pemain Timnas Senegal itu lalu menembak ke gawang Newcastle.
Oke, peluang ini mampu ditepis Dubravka, tapi bola liar langsung diceploskan Mohamed Salah yang berdiri bebas. Gol di menit ke 26 ini membuat situasi benar-benar dalam kendali Si Merah.
Selebihnya, tim asuhan Juergen Klopp berkali-kali menggedor pertahanan Newcastle. Total, Jordan Henderson dkk membuat total 23 tembakan. Jumlah ini cukup jomplang, karena tim tamu hanya mampu membuat total 4 tembakan.
Secara umum, Newcastle memang mampu bertahan dengan baik, tapi perlawanan mereka praktis tamat, setelah Saint-Maximin harus ditarik karena cedera otot di menit ke 80. Tanpa kecepatan pemain berusia 24 tahun ini, strategi serangan balik cepat jadi tak berjalan dengan baik.
Sebaliknya, Liverpool yang pada saat bersamaan melakukan rotasi, dengan memasukkan Naby Keita, Roberto Firmino, dan James Milner, menggantikan Thiago Alcantara, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Mohamed Salah, justru mampu mengunci kemenangan di menit akhir.
Berawal dari umpan Firmino, Trent Alexander-Arnold akhirnya mampu mencetak gol ketiga, setelah tendangan jarak jauhnya tak kuasa dibendung Dubravka.
Kemenangan 3-1 atas Newcastle United ini membuat Liverpool menempel ketat Manchester City di puncak klasemen sementara Liga Inggris, sementara Newcastle masih ada di zona merah.
Di sisi lain, pertandingan ini menjadi contoh bagus, tentang bagaimana seharusnya pendekatan sebuah tim yang bertahan atas sebuah tim yang lebih baik. Mereka tak hanya mengincar clean-sheet, tapi berusaha juga mencetak gol.
Sebaliknya, kemenangan The Kop di Anfield kali ini menunjukkan, bagaimana seharusnya pendekatan sebuah tim yang memegang kendali permainan. Meski unggul secara statistik, mereka harus kreatif dan tetap tenang, bahkan saat sedang kecolongan sekalipun.
Bagi tim yang bertahan, mencetak sebuah gol akan jadi bonus, tapi sekali kebobolan, semuanya bisa langsung berantakan. Sementara itu, bagi tim yang memegang kendali permainan, sebuah gol akan menjadi "mood booster" ampuh, yang bisa mendatangkan gol-gol lainnya, sepanjang mereka mampu bermain efektif.
Pertahanan tanpa kebobolan memang sebuah kesuksesan, tapi serangan tanpa gol adalah satu kegagalan.