Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Imbang Rasa Menang

15 Desember 2021   23:40 Diperbarui: 16 Desember 2021   01:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imbang rasa menang. Begitulah gambaran sederhana dari aksi Timnas Indonesia, saat bermain imbang tanpa gol melawan Vietnam, di fase grup Piala AFF 2020, Rabu (15/12).


Secara permainan, pertandingan yang berlangsung di Bishan Stadium ini kurang bisa dinikmati. Vietnam memang mendominasi permainan, dan membuat 20 tembakan, tapi kreativitas mereka benar-benar buntu, karena hanya menghasilkan satu tembakan ke gawang.

Penyebabnya, para pemain Indonesia bermain sangat disiplin. Mereka benar-benar mampu menutup rapat ruang tembak tim asuhan Park Hang Seo.

Strategi ini sangat cerdas, karena ternyata mampu mengekspos kelemahan sang juara bertahan. Meski punya build-up permainan dan akurasi umpan bagus, tendangan jarak jauh mereka jauh dari meyakinkan.

Di sisi lain, tim asuhan Shin Tae-yong juga hanya mencatat satu tembakan. Itupun tidak on target. Memang, strategi serangan balik jadi andalan, tapi akurasi umpan yang kurang baik membuatnya sering patah.

Alhasil, Tim Merah Putih hanya bisa bertahan dan membatasi ruang gerak lawan di area pertahanan sendiri. Strategi ini ternyata berhasil, karena kreativitas lawan jadi mandek.

Jika tekanan Vietnam diibaratkan sebagai gelombang banjir, maka strategi defensif Tim Garuda bisa dianggap sebagai dam yang kokoh, karena terbukti tak bisa ditembus.

Karenanya, pertandingan di Stadion Bishan, Singapura ini hanya bisa dinikmati secara taktik. Walaupun agak membosankan, kedua tim menampilkan plus-minus bertolak belakang.

Indonesia bagus dalam hal bertahan, tapi tidak dalam hal akurasi umpan, terutama umpan panjang. Sementara itu, Vietnam bagus dalam hal akurasi umpan dan membangun serangan, tapi minim kreativitas.

Satu kesamaan dari keduanya adalah, buruknya kualitas penyelesaian akhir. Masalah ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena pelatih kedua tim, yang sama-sama dari Korea Selatan sudah saling memahami dan mampu mengantisipasi taktik masing-masing.

Jadi, skor kacamata menjadi hasil yang wajar. Hasil ini serasa kekalahan bagi Tim Bintang Emas, karena mereka begitu mendominasi jalannya pertandingan.

Sebaliknya, hasil ini menjadi "satu poin seharga tiga poin" buat Evan Dimas dkk. Maklum, Vietnam sudah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, di saat sepak bola nasional Indonesia masih jalan di tempat.

Mungkin, taktik yang dijalankan oleh Shin Tae-yong terasa membosankan, tapi ini menunjukkan, seberapa ampuh strategi kejutannya. Tujuannya jelas: untuk memaksimalkan laga pamungkas melawan Malaysia, juga dengan strategi kejutan.

Di sini, kemenangan akan menjadi penting, karena bisa membantu tim jadi juara grup. Dengan demikian, Thailand (yang berpotensi menjadi juara di grup lain) bisa sedikit dihindari.

Melihat situasinya, bukan kejutan kalau Shin Tae-yong akan kembali menerapkan taktik kejutan saat melawan Harimau Malaya. Tentunya, publik sepak bola nasional akan kompak berharap, hasil positif akan kembali datang.

Andai hasil positif datang, semoga media tak terlalu menyorot Timnas secara berlebihan. Seperti yang sudah-sudah hal-hal seperti inilah yang sering mengganggu dan justru menjadi bumerang.

Bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun