Maklum, suasananya cukup ramai, karena ada deru kendaraan bermotor yang sesekali lewat di jalan depan kafe. Tantangan semakin lengkap, dengan tempo diskusi yang mengalir cukup cepat. Rasanya persis seperti saat sedang menonton aksi Liverpool di Liga Inggris.
Event ini sendiri saya sebut "campuran", karena melibatkan peserta baik melalui zoom maupun secara langsung di Nepa Cafe. Kafe bernuansa Himalaya-Nepal ini terletak di Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.
Di sini, KOTEKA Kompasiana bekerja sama dengan Nepa Cafe, dan SPIN (Sekolah Petualangan Indonesia, diwakili oleh Pak Irman Ariadi). SPIN sendiri merupakan lembaga pendidikan yang fokus pada aktivitas outdoor, khususnya pendakian gunung.
Peran ketiganya menjadi satu paduan unik. Ada komunitas pendaki gunung, yang tertarik menggandeng KOTEKA Kompasiana sebagai mitra untuk dokumentasi, khususnya dokumentasi penulisan, bersama kafe yang bukan sembarang kafe, karena peran uniknya.
Saya sebut unik, karena tuan rumah Nepa Cafe, yakni Pak Rahmat Hadi ternyata juga merupakan seorang penulis sekaligus pendaki gunung.
Sebelum ini, tepatnya dalam webinar KOTEKA Kompasiana pada tanggal 2 Oktober 2021 silam, Pak Rahmat Hadi sempat menceritakan seputar pengalaman pendakiannya ke Nepal, yakni menuju basecamp Gunung Everest dan Annapurna. Momen ini secara spesifik saya tuliskan, dalam artikel berjudul "Cerita dari Atap Dunia", yang dapat Anda jumpai disini.
Kedua pengalaman ini telah dibukukan dalam buku berjudul "Menggapai Puncak Himalaya" dan "Himalaya 7.9 Magnitudo". Kedua buku ini menjadi hadiah doorprize utama, dalam acara bersama KOTEKA Kompasiana dan SPIN.
Kedua pengalaman di Nepal ini menjadi garis besar pemaparan Pak Hadi. Nepal sendiri menjadi "highlight", karena negara tanpa laut ini menjadi rumah bagi 8 dari 10 gunung tertinggi di dunia, yang berketinggian lebih dari 8.000 meter dpl, termasuk Gunung Everest (8.848 meter dpl), sang gunung tertinggi di dunia.
Selebihnya, penjelasan seputar pendakian ke Himalaya, khususnya Nepal, ikut dilengkapi dengan penjelasan teknis soal hal-hal yang perlu disiapkan. Ada persiapan fisik, persiapan mental, persiapan dokumen administrasi (sudah bisa secara online), biaya, paspor, perlengkapan mendaki gunung yang lengkap, asuransi jiwa, sampai keharusan untuk bisa (minimal sedikit) berbahasa Inggris.
Semua harus dipersiapkan secara detail dengan benar, dalam waktu tidak sebentar, dan biaya yang tidak sedikit. Tapi, karena ketatnya aturan karantina turis asing di Nepal saat ini, pendakian ke kawasan Himalaya tidak disarankan, kecuali jika si pendaki punya budget level sultan.
Event campuran ini semakin unik, karena kehadiran Umesh, warga negara Nepal yang ikut hadir, setelah sehari sebelumnya secara kebetulan mampir ke Nepa Cafe. Sebuah kebetulan yang menyenangkan.