Setelah melalui proses cukup panjang sejak setahun lalu, pada Kamis (8/10), Newcastle United resmi berganti pemilik, dari Mike Ashley ke konsorsium Arab Saudi, Public Investment Fund milik Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman (36).
Konsorsium yang yang diperkirakan memiliki kekayaan bersih mencapai 320 miliar pounds (Rp6,1 kuadriliun) ini menggelontorkan dana 300 juta pounds untuk membeli 80 persen saham kepemilikan The Magpies.
Kabar ini tentu menjadi satu kejutan besar bagi pecinta sepak bola, karena seorang "calon Sultan" betulan telah hadir, dengan kekayaan luar biasa besar. Kekayaan sang pangeran bahkan jauh melebihi Sheikh Mansour (Manchester City, 23 miliar pounds), Roman Abramovich (Chelsea, 9,6 miliar pounds) dan Nasser Al Khelaifi (PSG, 6,5 miliar pounds) tiga pemilik klub yang dikenal cukup royal berbelanja pemain.
Karenanya, banyak pihak yang langsung memprediksi, The Toon Army akan melakukan perombakan tim secara besar-besaran. Sejumlah nama seperti Kylian Mbappe, Raheem Sterling, dan Ousmane Dembele mulai dikaitkan dengan era baru klub rival bebuyutan Sunderland ini.
Mereka, bersama sejumlah bintang lainnya, jadi target potensial, karena kontraknya akan kadaluarsa di akhir musim 2021/2022. Jadi, harganya akan lebih terjangkau, bahkan bisa gratis jika kesepakatan bisa dicapai di akhir musim.
Di kursi pelatih, nama-nama beken seperti Zinedine Zidane dan Antonio Conte juga mulai dikaitkan. Kebetulan, mereka saat ini sama-sama berstatus tanpa klub. Belakangan, nama Steven Gerrard (pelatih Glasgow Rangers) dan Frank Lampard (eks pelatih Chelsea) juga dikaitkan.
Dengan melihat kemampuan finansial luar biasa dari sang pangeran, prediksi ini memang masuk akal. Gaji? Seharusnya bukan masalah.
Soal keberlanjutan proyek di Stadion Saint James Park, bisa dipastikan, sang pemilik baru tak hanya numpang lewat. Kebetulan, pembelian saham Newcastle United merupakan satu bagian dari program "Vision 2030" yang dicanangkan pemerintah Arab Saudi, dengan merambah ke berbagai bidang, salah satunya olahraga.
Program ini merupakan satu upaya mereka, untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Sebelumnya, program serupa sudah lebih dulu diterapkan oleh Uni Emirat Arab (antara lain lewat Sheikh Mansour di Manchester City dan City Football Group) dan Qatar (antara lain lewat Nasser Al Khelaifi di PSG).
Kisah di kota Paris dan Manchester memang menjadi cerita sukses. Dua tim yang tadinya terjerat krisis keuangan, pelan-pelan bertransformasi menjadi tim kuat bertabur bintang.