Seperti diketahui, pemain jebolan SKO Ragunan ini sedang menjalani masa "magang" di FK Senica, dengan kontrak percobaan sampai akhir tahun 2021. Meski punya opsi perpanjangan kontrak selama 1,5 tahun, opsi ini hanya berlaku, jika menit bermainnya memenuhi syarat.
Otomatis, melepas eks pemain Lechia Gdansk ke Timnas U-23 akan berpotensi kontraproduktif. Sebaliknya, jika ia ikut bermain di Timnas senior, ini akan membantunya lebih berkembang, karena levelnya sama dengan di klub.
Meski terlihat tak biasa, untuk ukuran Timnas Indonesia, keputusan FK Senica soal Egy ini layak diapresiasi, karena mereka tak hanya menjadikan Si Kelok Sembilan sebagai alat promosi klub di luar lapangan. Seharusnya, baik Timnas Indonesia maupun PSSI bisa menerima ini, demi kebaikan bersama.
Di sisi lain, meski tergolong langka, kasus ini seharusnya bisa menjadi satu pembelajaran buat PSSI, supaya tetap bisa memberi kesempatan pada pemain (yang bermain di luar negeri) untuk lebih fokus, sehingga bisa mengembangkan kemampuannya. Dengan demikian, manfaat positif bisa didapat si pemain maupun Timnas.
Jika kebiasaan baik ini terus berlanjut, pemain muda berbakat dari Indonesia takkan ragu-ragu lagi untuk bermain di klub luar negeri, terutama jika klub yang dituju memang serius memperhatikan perkembangan si pemain, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H