Kami lalu berdoa bersama, dan saling mengobrol. Meski kebanyakan sudah senior, suasana sore itu cukup cair.
Saat acara selesai, kami mendapat hadiah beberapa sachet kopi robusta produksi sendiri, dari seorang Kompasianer yang juga seorang fotografer. Sebuah hadiah yang cukup cocok buat seorang penulis amatir, yang biasa berkawan dengan kopi seperti saya.
Saya sendiri sebetulnya tak sempat memotret langsung momen di Palmerah. Tapi, ada Kompasianer lain yang sempat memotret dan mengunggahnya di media sosial.
Saat saya melihatnya, saya langsung teringat, itulah event offline pertama saya. Sebuah memori unik yang ikut mewarnai masa perantauan di Jakarta.
Momen yang terjadi di bulan September 2019 itu lalu menjadi awal dari kesempatan event-event offline berikutnya. Semua bergulir begitu saja. Uniknya, dari pusat, saya lalu merambah ke tingkat daerah, sekembalinya dari perantauan.
Momen ini jadi satu pengalaman pertama yang berkesan, sekaligus menjadi satu memori tersendiri, persis sebelum pandemi datang. Entah kapan bisa mampir ke sana lagi, tapi semoga kesempatan itu masih ada di lain waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H