Setelah Egy Maulana Vikri resmi pindah ke FK Senica (Slovakia), ada satu lagi pesepakbola nasional yang melanjutkan kiprahnya di Eropa, yakni Witan Sulaeman. Pemain asal Palu ini resmi diperkenalkan oleh Lechia Gdansk (Polandia) dan akan mengenakan nomor punggung 80 setelah ditransfer secara gratis.
Sebelumnya, pemain berusia 19 tahun ini berstatus tanpa klub, setelah memutus kontraknya di Radnik Surdulica (Serbia). Padahal, ia baru bergabung selama satu setengah tahun, dengan sisa kontrak dua tahun. Meski begitu, keputusan ini bisa dimaklumi.
Selain karena menit bermain yang terbatas, Witan memilih hengkang karena klub Superliga Serbia ini tersangkut dugaan kasus pengaturan skor, saat menghadapi Rad Beograd, tanggal 21 Maret 2021 silam. Laga ini menjadi satu dari enam pertandingan di liga yang jadi sorotan UEFA dan FSS (PSSI-nya Serbia) karena disinyalir telah terjadi pengaturan skor.
Jika terbukti bersalah, pemain yang terlibat pengaturan skor bisa dihukum larangan main di Serbia selama 6 bulan sampai 2 tahun. Witan sendiri kebetulan main selama 18 menit di laga ini, sebagai pemain pengganti.
Berangkat dari situlah, Dusan Bogdanovic selaku agennya, berinisiatif mendorong pemutusan kontrak pemain kidal ini, dan membantunya mencari klub baru. Pria Serbia yang juga menjadi agen Egy Maulana Vikri ini akhirnya sukses membawa Witan ke Lechia Gdansk.
Bak gayung bersambut, klub kontestan Liga Ekstraklasa Polandia menyambut pemain jebolan SKO Ragunan ini dengan tangan terbuka, dan langsung memberinya kontrak selama dua tahun. Selain karena pertimbangan teknis, faktor ekonomis juga jadi pertimbangan.
Mereka sepertinya sudah ketagihan dengan efek yang dihasilkan dari kehadiran Egy di sana. Seperti diketahui, sejak pemain asal Sumatera Utara itu datang, pemasukan dari sponsor bertambah. Jumlah followers di media sosial klub meroket tajam, dan langsung turun cukup banyak setelah ia hengkang ke FK Senica, klub Fortuna Liga Slovakia.
Sekali lagi, klub kota pelabuhan itu menjadi tujuan berkarir pemain jebolan Timnas U-19, dan mampu menjaga popularitasnya di Indonesia.
Belajar dari pengalaman Egy selama tiga tahun bermain di sana, Witan sepertinya harus bekerja ekstra, untuk bisa mencatat menit bermain lebih banyak dari seniornya di SKO Ragunan itu. Dengan pengalaman pernah bermain di Serbia, eks pemain PSIM Yogyakarta ini setidaknya sudah punya sedikit gambaran.
Meski corak permainan di Polandia cenderung lebih mengandalkan fisik ketimbang teknik, gaya main di Serbia yang memadukan fisik dan teknik bisa menguntungkan bagi Witan, karena dimensi permainannya lebih kaya.