Di sini, eks pelatih FC Porto benar-benar ingin membangun tim sesuai keinginannya. Keseriusan itu juga terlihat, dari sikap "irit bicara" kepada media, dan penggunaan drone untuk memonitor sesi latihan.
Tentunya, ini sudah cukup menggambarkan seberapa serius eks pelatih Chelsea dalam mempersiapkan tim. Ia bahkan berani melawan satu ciri khas yang selama ini jadi satu kebiasaan: banyak bicara atau melempar komentar "psywar" di media.
Hasilnya, I Lupi berhasil lolos ke fase grup UEFA Europa Conference League, setelah mengalahkan Trabzonspor (Turki) dengan agregat 5-1. Di liga, kemenangan atas Fiorentina (3-1) dan Salernitana (4-0) juga diraih di dua pertandingan awal Serie A. Sebuah catatan performa awal musim impresif, untuk ukuran tim yang kerap inkonsisten.
Dari segi permainan, klub kesayangan Romanisti juga cukup menarik untuk dilihat. Meski masih konsisten dengan pola 4-2-3-1, gaya main defensif yang selama ini jadi satu ciri khas Jose Mourinho tak lagi jadi acuan mutlak.
Lorenzo Pellegrini dkk tetap mampu  agresif dalam hal menciptakan peluang gol, baik saat sedang unggul dalam penguasaan bola maupun tidak. Sebuah kelebihan yang bisa jadi sangat berguna buat mereka di musim ini.
Liga Italia memang baru menuntaskan pekan kedua, tapi apa yang ditampilkan Roma bisa membawa mereka berbicara banyak, selama bisa konsisten. Di sisi lain, sorotan media Italia yang tak seganas media Inggris, terbukti mampu membuat seorang Jose Mourinho merasa nyaman, karena sikap "irit bicara" nya tak dipermasalahkan.
Agaknya, "Roma versi Mourinho" akan jadi "sesuatu" di musim ini. Mampukah Roma dan Mourinho mencapainya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H