Seperti halnya Peru, Bolivia merupakan negara bekas jajahan Spanyol, dan memakai bahasa Spanyol sebagai bahasa nasional. Karenanya bahasa Inggris di sini tak banyak digunakan.
Kedua negara sama-sama beriklim subtropis dan punya empat musim. Berbeda dengan Bolivia yang bergunung-gunung, topografi Peru lebih beragam, karena punya garis pantai yang menghadap ke Samudera Pasifik.
Secara umum, bentang alam di Peru terbagi menjadi area lepas pantai, pegunungan Andes dan Hutan tropis Amazon. Wilayah lepas pantai Peru kaya akan hasil perikanan, sehingga perikanan menjadi satu sektor andalan, selain pertanian, pertambangan dan pariwisata.
Hasil pertanian terkenal dari Peru antara lain kentang dan jeruk. Bersama Kolombia, Peru dikenal sebagai negara produsen ganja dan kokain terbesar di Amerika Selatan. Di sektor pertambangan, emas dan zinc menjadi komoditas unggulan.
Wilayah pegunungan Andes di Peru mempunyai beberapa destinasi wisata terkenal, yakni Kota Cusco dan Arequipa (kota terbesar kedua di Peru) yang punya bangunan klasik, Gunung Pelangi, Machu Picchu (situs sejarah peninggalan Suku Inca), dan Kota Huaraz. Kota Huaraz merupakan titik awal pendakian ke gunung Huascaran (6.768 mdpl, gunung tertinggi di Peru).
Di kawasan Hutan Amazon, terdapat kota Iquitos yang terkenal sebagai tujuan wisata jelajah sungai. Di Indonesia, ini mirip dengan wisata sungai Pulau Kalimantan.
Dalam hal aglomerasi, jumlah penduduk kulit berwarna di sana tergolong mayoritas, dan tersebar di berbagai daerah. Sementara itu, masyarakat kulit putih terpusat di kota besar. Di Peru, sepertiga penduduknya (kurang lebih 11 juta jiwa dari total 33 juta jiwa) tinggal di kota Lima.
Bedanya, jika di Bolivia masyarakatnya hanya terdiri dari orang kulit putih, Indian dan campuran, Peru punya diaspora keturunan Asia, khususnya keturunan imigran Jepang dan China. Karenanya, kuliner bergaya Asia cukup banyak dijumpai di Peru.
Tokoh diaspora keturunan Asia yang terkenal di Peru adalah Alberto Fujimori (presiden Peru periode 1990-2000) yang merupakan keturunan imigran Jepang. Putrinya, Keiko Fujimori, juga sempat ikut serta dalam pilpres Peru baru-baru ini, tapi kalah dari tokoh sayap kiri Pedro Castillo.
Penyebabnya, ada sentimen negatif di masyarakat Peru, karena Alberto Fujimori diketahui pernah terlibat kasus korupsi semasa menjabat. Sebelumnya, Peru banyak dipimpin oleh tokoh sayap kanan.
Situasi ini mirip dengan di Bolivia. Pada masa lalu, Bolivia pernah dipimpin Evo Morales (menjabat tahun 2006-2019) yang merupakan tokoh sayap kiri sekaligus keturunan Indian.