Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

PPKM, Oh PPKM

18 Agustus 2021   00:57 Diperbarui: 18 Agustus 2021   01:03 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Video di atas adalah meme mengenai PPKM Level 4 yang masih saja diperpanjang. Sekilas, ini bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak di awal, tapi, semakin tertawa, rasanya malah akan semakin ngilu.

Benar, ngilu, seperti mengingat kisahmu dengan si dia. Indah di awal.

Rasanya manis-manis gurih seperti segelas es kopi susu gula aren. Saking indahnya, badan ini serasa punya sayap, seperti Lionel Messi kalau sudah menggocek si kulit bundar.

Sayangnya, saat kopi dalam gelas itu semakin habis, rasanya malah makin aneh, karena kopi dan gula arennya ternyata tidak asli.

Kalau kata Slank, terlalu manis untuk dilupakan. Apalagi kalau bikin sakit gigi. Rugi bandar.

Jujur saja, PPKM (dan aneka kebijakan pendahulunya)  berikut printilannya, sudah menguras banyak hal. Isi dompet, isi tabungan, kesehatan mental, dan entah apa lagi.

Banyak yang sudah kelelahan, bahkan memilih bersikap bodo amat menghadapi keruwetan ini. Sudah setahun lebih, tapi masalahnya masih begitu-begitu saja. Serasa naik komedi putar, tapi argonya jalan terus seperti taksi.

Kalaupun ada yang gratis, hanya vaksin yang benar-benar gratis. Tapi, berhubung jumlahnya masih relatif terbatas, butuh perjuangan ekstra untuk bisa mendapatkan.

Berburu vaksin belakangan ini rasanya persis seperti berburu tiket kereta api di musim libur panjang, sebelum corona menyerang, atau promo flash sale di toko online.

Tak adanya sistem satu pintu yang benar-benar terpadu, membuat perebutan tak terhindarkan. Jangankan stand by di tengah malam, pergi berangkat kemanapun juga akan dilakukan.

Ini belum termasuk orang-orang yang pemilih soal jenis vaksin. Ada segelintir orang yang mengincar vaksin jenis tertentu, karena dinilai lebih ampuh. Padahal, kalau tak tertib ya sama aja bohong.

Kalaupun sudah dapat vaksin, kekhawatiran masih ada, karena persentase vaksinasi nasional masih belum cukup kuat, untuk bisa menghasilkan kekebalan kolektif.

Apalagi, kebebalan kolektif masih jadi satu masalah serius di masa pandemi. Sekeras apapun upaya untuk tertib, percuma kalau yang bandel masih sangat banyak. 

Praktis, pergi keluar rumah hanya dilakukan saat pergi vaksin. Sisanya, tinggal online. Pokoknya, safety first. Titik.

Soal PPKM Level 4 yang hadir tiap minggu seperti majalah, dan ternyata masih berkepanjangan, ini memang menjengkelkan. 

Kalau kata Sherina, geregetan jadinya geregetan, apa yang harus kulakukan?

Kenapa tak dibuat panjang sekalian?

Pertanyaan di atas mungkin terlontar dari mulut banyak orang, tapi, melihat situasinya, keputusan ini sedikit bisa dimaklumi.

Kalau PPKM diperpanjang langsung dengan durasi satu, dua, atau tiga bulan sekaligus, situasinya pasti akan lebih runyam. Diperpanjang tiap minggu saja, masih ada kekurangan di sana-sini.

Ibarat orang beli paket data, bujet pemerintah saat ini belum cukup untuk membeli paket data bulanan, apalagi membayar biaya Wi-Fi, dan baru cukup untuk membeli paket data mingguan atau ketengan.

Jadi, agak sulit mengharapkan kebijakan PPKM (atau sejenisnya) diterapkan dalam jangka panjang. Ada terlalu banyak hal yang harus dikompromikan, salah satunya soal urusan perut.

Pertemuan atau rapat di masa pandemi memang bisa dilakukan secara virtual, tapi tubuh manusia tak didesain untuk mengkonsumsi makanan atau minuman virtual. Manusia bukan plankton yang memang makan cahaya untuk bertahan hidup.

Satu lagi, tingkat kepatuhan dan ketertiban di Indonesia masih belum cukup kuat. Kalaupun kekebalan kolektif sudah tercapai, kewaspadaan harus tetap dijaga.

Untuk saat ini, kita semua memang masih belum tahu, kapan PPKM dan kebijakan sejenis, lengkap dengan segala imbasnya akan usai.

Tapi, semoga saat situasi kembali normal, ada waktu buat kita untuk berlibur sejenak, menyegarkan hati yang sudah lelah akibat pandemi dan segala tetek bengeknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun