Kala itu, Ozan Kabak dkk sukses membendung gelombang serangan tim asuhan Roberto Mancini yang bermain agresif. Sayangnya, gol bunuh diri Merih Demiral di awal babak kedua, membuat mental mereka ambruk, dan akhirnya kalah telak.
Saat menghadapi Wales, yang diatas kertas lebih ringan dari Gli Azzurri, Timnas Turki sebenarnya mampu mendominasi penguasaan bola, dalam pertandingan yang menarik karena kedua tim saling jual beli serangan.
Masalahnya, serangan mereka kalah efektif dengan The Dragons, yang diotaki Gareth Bale. Pemain kidal milik Real Madrid itu mampu menjadi pembeda, dengan kemampuan individu dan visi bermain istimewa.
Efektivitas Aaron Ramsey dkk juga didukung dengan kemampuan mencetak gol di saat kritis. Terbukti, dua gol yang mereka buat di pertandingan ini tercipta di menit-menit akhir tiap babak.
Gol pertama membuat mereka bisa lebih mengontrol situasi, sementara gol kedua mengunci kemenangan. Ini seperti mengulang catatan gol tim Britania di pertandingan pertama melawan Swiss, kala mereka mencetak gol penyeimbang di akhir babak kedua.
Harapan untuk lolos memang masih ada buat Turki, walaupun tipis. Tapi, kiprah mereka di Euro 2020 ini membuktikan, performa bagus di kualifikasi belum tentu menjamin performa tim juga akan bagus di turnamen sebenarnya.
Karena, tekanan di turnamen selalu jauh lebih berat. Sekali ambruk, habislah sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H