Penyebabnya, CONMEBOL sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah Brasil, soal penyelenggaraan Copa America. Dari segi infrastruktur, Brasil memang cukup siap, karena edisi sebelumnya sudah menjadi tuan rumah.
Satu-satunya yang bisa dimengerti dari situasi mengherankan ini adalah, pemerintah Brasil, dalam hal ini Presiden Jair Bolsonaro, ingin menjadikan turnamen Copa America sebagai panggung pencitraan, untuk dua maksud.
Pertama, lewat penyelenggaraan Copa America di Brasil, ia ingin coba mengumumkan kepada dunia, bahwa "kondisi aktual Brasil tidak segawat yang dipikirkan banyak orang".
Boleh dibilang, ini merupakan strategi propaganda ala Bolsonaro, yang sejak awal pandemi memang dikenal antimasker dan menentang lockdown.
Sang mantan jenderal bahkan sempat memimpin langsung aksi demo besar-besaran, menolak kebijakan lockdown yang diberlakukan gubernur dan walikota Rio de Janeiro belum lama ini.
Strategi propaganda semacam ini kebetulan sempat viral, saat media Tiongkok (negara muasal COVID-19) beramai-ramai memberitakan pesta di kolam renang kota Wuhan, tempat kasus pertama COVID-19 teridentifikasi.
Propaganda ini muncul, saat dunia masih terisolasi akibat pandemi. Saya menyebut ini propaganda, karena Tiongkok sejak awal pandemi memang tidak transparan soal data dan informasi terkait. Andai transparan, masalah pandemi Corona mungkin tak berlarut-larut seperti sekarang.
Â
Jadi, klaim mereka soal penanganan wabah virus Corona tak sepenuhnya bisa dipercaya. Belakangan, kasus infeksi COVID-19 di sana kembali melonjak, dan pemerintah setempat memberlakukan kebijakan lockdown di beberapa daerah.
Kedua turnamen Copa America di Brasil bisa dijadikan Bolsonaro sebagai "panggung kampanye", yang bisa meredam sentimen negatif masyarakat padanya sebagai petahana, jelang pemilihan presiden Brasil tahun depan. Skenario kampanye akan sempurna, jika Neymar dkk kembali berjaya di rumah sendiri.
Bolsonaro, yang dikenal pragmatis seperti Donald Trump, jelas akan coba memanfaatkan situasi semaksimal mungkin. Kebetulan, CONMEBOL juga mencari negara tuan rumah pengganti, yang pemerintahnya siap menjamin kelancaran penyelenggaraan turnamen.
Inilah mengapa, pemerintah Brasil tetap bersikeras menggelar Copa America di negeri sendiri, di tengah berbagai keberatan dan masalah domestik yang ada. Satu contoh aktual dan terang-terangan, dari upaya politisasi sepak bola skala internasional.
Mungkin, inilah alasan mengapa sepak bola terlihat begitu seksi, khususnya di negara gila bola seperti Brasil. Karena, di negara seperti ini, sepak bola adalah hiburan rakyat, dan sebuah kemenangan bisa menjadi pelipur lara di tengah masalah, sekaligus tunggangan bagi mereka yang ingin berkuasa.