Habis pesta terbitlah cemas. Begitulah situasi yang kini sedang dialami Inter Milan. Belum habis kegembiraan Interisti setelah klub meraih Scudetto, mereka harus mendapati kabar mengejutkan, berupa keputusan hengkang pelatih Antonio Conte, Kamis (27/5).
Keputusan ini merupakan efek samping dari krisis keuangan di Suning Group, selaku pemilik saham mayoritas klub.
Krisis ini muncul, seiring diberlakukannya kebijakan pembatasan investasi di luar negeri oleh pemerintah Tiongkok, dan imbas pandemi virus Corona.
Di tingkat domestik saja, Suning Group juga membubarkan tim Jiangsu Suning, yang belum lama ini menjadi juara liga. Jadi, bisa dibayangkan seberapa gawat krisis keuangan di Suning Group.
Tanda-tanda krisis ini sebenarnya sudah muncul, sejak pimpinan Suning Group meminta pemain dan staf klub untuk "merelakan" gaji selama dua bulan kedepan.
Belum ada titik temu dari kebijakan ini, sampai akhirnya Conte pergi, karena kondisi keuangan klub tak mampu mendukung proyek yang dicanangkan eks pelatih Juventus.
Sebelumnya, manajemen Inter juga sempat menegosiasi ulang "deadline" pembayaran cicilan biaya transfer Romelu Lukaku kepada Manchester United.
Untuk mengatasi masalah keuangan klub, Suning Group sebenarnya sudah melepas 31,05 persen saham klub, kepada Oaktree Capital, grup investor asal Amerika.
Oaktree Capital kabarnya mengguyurkan total dana sebesar 275 juta euro. Rinciannya 242 juta euro berbentukn dana pinjaman yang wajib dilunasi Suning Group dalam waktu tiga tahun ke depan. Sisanya digunakan untuk membeli saham klub.
Untuk jangka pendek, ini bisa menolong Il Biscione, tapi jika hutang ini tak dilunasi tepat waktu, Inter bisa bernasib seperti AC Milan, yang beberapa waktu lalu dipaksa berganti pemilik, karena pemilik lama mereka, Li Yonghong, tak bisa melunasi hutang kepada Elliott Management, pemilik AC Milan saat ini.
Kemungkinan ini cukup terbuka, karena Suning Group sudah menjadikan saham yang mereka miliki di Inter sebagai jaminan hutang.