Bicara soal sepak bola di Amerika Latin, tepatnya di Amerika Selatan, tentunya tak lepas dari kata "dinamis". Bukan saja karena regional ini rajin mencetak pemain top, tapi juga karena munculnya rentetan cerita bersejarah dari klub-klub kejutan di kompetisi tingkat benua.
Ada juga cerita kejatuhan klub raksasa, seperti saat River Plate terdegradasi ke divisi dua liga Argentina (untuk pertama kalinya sepanjang sejarah) tahun 2011 silam. Sebuah noda hitam yang belakangan menjadi titik balik, karena setelahnya rival bebuyutan Boca
Juniors antara lain sukses meraih dua trofi Copa Libertadores, Liga Champions-nya Amerika Latin (2015 dan 2018).
Untuk cerita bersejarah klub kejutan, ada juga beberapa cerita, yang beberapa kali muncul layaknya kisah Cinderella. Pada era 2000-an misalnya, ada Once Caldas (Kolombia) dan LDU Quito (Ekuador) yang berhasil menjuarai Copa Libertadores tahun 2004 dan 2008.
Kedua tim ini sama-sama kurang diperhitungkan, dibanding klub-klub raksasa wakil Argentina, Brasil atau Uruguay. Tapi, mereka sukses membalikkan prediksi, dengan dimotori bintang utama masing-masing.
Once Caldas dimotori Jhon Viafara (kelak bermain di Portsmouth, Southampton, dan Real Sociedad) sementara LDU Quito diotaki strategi jitu Edgardo Bauza, pelatih berpengalaman yang dalam prosesnya sempat melatih Timnas Argentina.
Saat dekade bergeser pun, kejutan masih mewarnai, tak hanya di Copa Libertadores, tapi juga Copa Sudamericana, Liga Europa nya Amerika Latin. Uniknya, kejutan itu sama-sama terjadi di tahun 2016.
Dari Copa Libertadores, Atletico Nacional (Kolombia) sukses membuat kejutan, dengan meraih trofi juara. Tim dari kota Medellin ini meraih gelar kedua mereka, setelah menang atas Independiente Del Valle, sesama tim kejutan dari Ekuador, yang belakangan meraih trofi Copa Sudamericana 2019.
Dari Copa Sudamericana, ada Chapecoense, yang secara tragis kehilangan sebagian besar anggota timnya, akibat kecelakaan pesawat saat hendak melakoni leg pertama partai final kontra Atletico Nacional.
Tapi, Atletico Nacional lalu melakukan tindakan sportif, dengan melimpahkan trofi juara kepada tim kecil dari Brasil itu. Tindakan ini direstui CONMEBOL, selaku penyelenggara kompetisi, dan eks klub Rene Higuita diganjar penghargaan fair play.
Pada dekade terkini, sepak bola Amerika Latin kembali membuat cerita kejutan. Kali ini Defensa y Justicia mencatat sejarah, dengan meraih trofi Copa Sudamericana 2020 setelah mengalahkan Lanus, sesama klub Argentina dengan skor 3-0 di final, Minggu (24/1) silam. Penyelenggaraan final ini "ngaret" dari jadwal asli, karena imbas pandemi Corona.
Gelar ini menjadi gelar mayor pertama klub asal kota Buenos Aires. Sebelumnya, tim asuhan Hernan Crespo (eks pemain Timnas Argentina) ini lebih banyak beredar di kasta bawah, dan baru rutin tampil di kasta tertinggi liga Argentina sejak tahun 2014.