Setelah sempat dihujani kritik oleh publik sepak bola nasional, plus mendapat teguran dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), PSSI akhirnya menunjuk Persipura Jayapura sebagai wakil Indonesia di Piala AFC pada Minggu (20/12). Persipura dipilih menggantikan Persija Jakarta (finalis Piala Indonesia), yang awalnya ditunjuk PSSI menggantikan PSM Makassar.
Sebenarnya, sebagai juara Piala Indonesia, PSM berhak tampil di babak play-off Piala AFC, tapi kesempatan itu urung didapat, karena Tim Juku Eja tak mendapat lisensi klub profesional dari AFC. Otomatis, Persija berkesempatan menggantikan, karena sudah punya lisensi.
Secara umum, ada tujuh klub Indonesia yang mendapat lisensi klub profesional dari AFC. Bali United, Persipura Jayapura, Bhayangkara FC, Borneo FC, Persib, dan Arema FC langsung lolos pada kesempatan pertama, sementara Persija lolos setelah melalui proses banding.
Pemberian lisensi profesional merupakan proses standarisasi dan verifikasi kualitas manajemen klub sepak bola profesional, sekaligus menjadi syarat AFC, untuk setiap klub yang akan berlaga di ajang antarklub Asia.Â
Terdapat lima aspek yang harus dipenuhi, yakni keolahragaan (sporting), infrastruktur, legal, personel dan administrasi, serta keuangan.
Jika tak memenuhi syarat, mereka takkan mendapat lisensi. Akibatnya, klub tersebut dilarang tampil di kancah Asia, sekalipun mereka adalah tim juara liga atau piala domestik.
Menurut ketentuan Entry Manual AFC Club Competition 2021 terkait Sporting Criteria, Persipura memang berhak lolos. Karena jika klub yang lolos dari kompetisi piala domestik tak memenuhi syarat, seperti pada kasus PSM Makassar, alokasi tiketnya bisa dialihkan ke peringkat kedua liga, atau klub berlisensi AFC yang menempati posisi teratas di liga.
Dari segi peringkat, sebenarnya Persebaya Surabaya berhak tampil di Piala AFC. Sayang, Tim Bajul Ijo tak mendapat lisensi klub profesional dari AFC. Otomatis, Persipura sebagai tim peringkat tiga berhak menggantikan, karena sudah punya lisensi klub profesional dari AFC.
Meski harus memulai dari fase play-off, kembalinya tim "Mutiara Hitam" ke Piala di kancah Asia bisa memberi secercah harapan. Maklum, Boaz Solossa dkk merupakan tim Indonesia paling berpengalaman di Piala AFC.
Dalam beberapa kesempatan, mereka mampu lolos ke fase gugur, bahkan pernah melaju ke semifinal di tahun 2013. Kebetulan, tim mereka saat ini juga dilatih Jacksen Ferreira Tiago, sama seperti waktu itu.
Jadi, mereka setidaknya punya sedikit gambaran, tentang bagaimana bertanding di level Asia. Ini bisa menjadi satu harapan untuk klub Tanah Air, supaya tak hanya numpang lewat di babak awal kompetisi, seperti tahun-tahun sebelumnya.