Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Tiga Tim Anak Bawang Amerika Latin

14 November 2020   00:04 Diperbarui: 14 November 2020   00:22 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Valencia, pemain ikonik Timnas Ekuador (Sportsmole.co.uk)

Bicara soal tim nasional dari negara-negara Amerika Latin, trio Brasil, Argentina dan Uruguay tentu menjadi tim paling familiar. Maklum, mereka sama-sama pernah juara Copa America, Piala Dunia, dan Olimpiade.

Dari masa ke masa, mereka selalu punya pemain bintang berkualitas dan tim nasional yang tangguh. Tak heran, prestasi di level atas mampu mereka raih.

Tapi, di balik tim yang tangguh, ada tim yang kerap jadi bulan-bulanan. Fenomena ini ada di setiap benua, tak terkecuali Amerika Selatan.

Di Amerika Selatan sendiri, awalnya ada tiga tim yang kerap jadi bulan-bulanan lawan, yakni Ekuador, Bolivia, dan Venezuela. Jika mengutip kata pepatah, mereka bagai pelanduk diantara gajah.

Maklum, selain dihuni Brasil, Argentina, dan Uruguay, zona CONMEBOL juga diisi tim kuda hitam macam Kolombia, Peru, Cile, dan Paraguay. Meski prestasinya tak sementereng trio juara dunia di atas, ketiganya cukup berpengalaman tampil di Piala Dunia, dan sama-sama pernah juara Copa America.

Memasuki era milenium, situasi sedikit berubah. Ekuador yang diperkuat Ivan Hurtado, Ulises De La Cruz, dan Agustin Delgado, akhirnya mampu lolos ke Piala Dunia 2002.

Setelahnya, mereka sempat lolos lagi di Piala Dunia 2006 dan 2014, kala generasi Antonio Valencia dan Edison Mendez menjadi pilar tim. Di Piala Dunia 2006, El Tri berhasil lolos ke babak perdelapan final, prestasi terbaik mereka sejauh ini.

Antonio Valencia, pemain ikonik Timnas Ekuador (Sportsmole.co.uk)
Antonio Valencia, pemain ikonik Timnas Ekuador (Sportsmole.co.uk)
Benar, memasuki era milenium baru, Ekuador yang tadinya hanya dikenal sebagai tim jago kandang, karena kandang mereka terletak di Quito, kota berketinggian sekitar 2.850 meter di atas permukaan laut, naik kelas menjadi tim kuda hitam.

Meski pencapaian tertinggi mereka di Copa America masih mentok di semifinal (1959 dan 1993) saat menjadi tuan rumah, mereka tak lagi dianggap remeh seperti sebelumnya.

Alhasil, persaingan di zona CONMEBOL semakin sengit, karena semua tim terus berkembang. Trio juara dunia pun tak lagi seleluasa dulu. Sebagai contoh, Uruguay gagal lolos ke Piala Dunia 2006 di Jerman, setelah kalah bersaing dengan Brasil, Argentina, Ekuador dan Paraguay di perebutan tiket lolos otomatis.

Praktis, tinggal Bolivia dan Venezuela, dua tim yang masih jadi "anak bawang" di Amerika Latin. Mereka kerap jadi lumbung poin tim-tim lain, dan kadang bergantian menempati posisi buncit klasemen kualifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun