Ini hanya rangkaian kata, pengganti suara yang terbungkam
Ia tak terbungkam oleh pasungan, apalagi ancaman
Ia hanya memilih diam, karena semua ingin bicara
Mulut, kata dan suara, mereka semua ingin didengar tanpa jeda
Ia memilih diam, melihat gelombang kata yang berdesakan
Gerak mereka seliar gelombang pasang kala purnama
Mereka terlihat kelaparan juga kehausan
Lapar akan atensi, haus akan puja-puji
Di sini ia terdiam bersama sendiri
Kata mereka, dia adalah ironi
Di tengah keramaian ia terpencil, seperti kemarau di bulan Januari
Tapi mereka lupa, mereka pun adalah ironi
Mereka menyebut diri "keluarga" hanya demi citra
Kebersamaan hanya kedok untuk membuat semua jadi sama
Mereka memuja kegaduhan, sementara ketenangan dianggap pesakitan
Mereka selalu bergaya mewah, meski dompet makin melarat
Ia hanya ingin mereka ingat
Mulut dan kata ini memilih bungkam seribu bahasa
Karena mereka hanya menjadi kesia-siaan
Ada tapi seperti tiada, buat apa?
Ia sedia membantu sejauh ia mampu
Hati dan pikirannya selalu ada di setiap hal yang di berikan
Tapi jika mereka selalu berakhir di tempat sampah, diam adalah jawabnya
Ia hanya tak ingin terus menggarami lautan
Ia memang tak sama, tapi seharusnya itu bukan masalah
Karena bersama itu tak harus sama
Perbedaan seharusnya berkat dan harta
Ia memperkaya kehidupan lewat keberagaman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI