Tega, inilah satu kata yang kiranya pas, untuk menggambarkan bagaimana performa Liverpool saat bersua Leicester City di laga Boxing Day, Jumat, (27/12, dinihari WIB). Tak tanggung-tanggung, sang tuan rumah digasak dengan skor telak 4-0, berkat gol-gol yang dicetak Roberto Firmino (2 gol), James Milner, dan Trent Alexander-Arnold, yang juga membuat dua assist.
Jika melihat jalannya pertandingan Klopp dan The Kop agaknya sudah belajar betul, dari pertemuan pertama di Anfield beberapa waktu lalu. Kala itu, Leicester memberi perlawanan sengit, sebelum gol penalti James Milner di masa injury time memastikan kemenangan Si Merah 2-1.
Kali ini, Liverpool benar-benar mendominasi jalannya laga, dengan memegang 60% penguasaan bola. Empat gol yang mereka cetak pun terlihat wajar, karena Mohamed Salah dkk membuat total 15 tembakan ke gawang Kasper Schmeichel.
Dari sini saja, kita bisa melihat, seberapa menderitanya Leicester City sepanjang pertandingan. Penderitaan Si Rubah makin lengkap, karena dominasi Liverpool sukses memaksa permainan Jamie Vardy cs tak berkembang.
Saking kesulitannya, tim asuhan Brendan Rodgers ini hanya mampu membuat total 3 tembakan ke gawang Alisson sepanjang pertandingan. Padahal, Jamie Vardy sedang on fire musim ini, dengan menjadi top skor sementara liga lewat 17 gol yang dicetaknya.
Memang, sebagai tim peringkat kedua klasemen sementara (nilai 39), Leicester City sebenarnya sempat memberikan perlawanan alot sampai menit ke 70. Tapi, gol penalti James Milner di menit ke 71 membuat mental bertanding Leicester City ambruk.
Derita Leicester semakin lengkap, karena setelah gol kedua itu datang, gol ketiga dan keempat Liverpool datang di menit ke 74 dan 78. Momen ini tak hanya membuat seisi King Power Stadium terdiam, tapi juga membuat sebagian suporter tuan rumah beranjak pergi meninggalkan stadion. Tak hanya itu, kemenangan ini membuat Liverpool (nilai 52), unggul 13 poin dari Leicester City. Tega!
Secara tim, tentunya kita sepakat, level performa Liverpool kali ini semakin meningkat, karena mereka tak hanya terbiasa menang, mereka kini sudah mulai terbiasa menang tanpa kebobolan. Inilah hal yang sempat hilang beberapa waktu terakhir. Dimana, meski konsisten meraih kemenangan, clean sheet jarang dibuat.
Melihat performa ciamik Liverpool di Liga Inggris musim ini, sebagian orang mungkin menilai, Liverpool akan sulit dibendung. Apalagi, mereka agaknya sudah banyak belajar dari pengalaman musim lalu, saat mereka kalah tipis dari Manchester City dalam pacuan gelar.
Tapi, berhubung saat ini Liverpool baru menjalani 18 pertandingan di liga, masih terlalu cepat untuk menyimpulkan semua sudah berakhir sekarang. Apalagi, mereka punya beberapa catatan "gagal juara" meski menjadi "capolista" di periode Boxing Day.
Malah, disinilah Liverpool harus semakin waspada. Karena, tantangan akan semakin sulit setelah ini. Boleh dibilang, lawan terberat mereka saat ini bukan berasal dari tim lain, tapi dari diri sendiri, khususnya dalam bentuk rasa cepat puas.