Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Icardi Memberontak

16 Februari 2019   22:07 Diperbarui: 16 Februari 2019   22:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah tampil melempem di Serie-A dalam beberapa pekan terakhir, sosok Mauro Icardi kini tengah mencuri perhatian. Bukan karena performa di lapangan hijau, tapi karena kontroversi yang dibuatnya.

Berawal dari tarik ulur negosiasi kontrak baru, yang berujung pada pencopotan ban kapten oleh manajemen Inter Milan (kini dijabat oleh kiper Samir Handanovic), Icardi semakin memanaskan situasi, setelah menolak untuk dimainkan pelatih Luciano Spaletti di ajang Liga Europa, tengah pekan lalu, dengan alasan sedang cedera.

Akibatnya, Icardi kini terkucilkan sementara waktu dalam tim. Padahal, produktivitas golnya selama ini begitu diandalkan Inter. Sayang, sejak negosiasi kontrak barunya macet, ketajamannya ikut macet. Apa boleh buat, ia kini jadi seorang pesakitan.

Situasi makin panas, setelah Wanda Nara (agen sekaligus istri Icardi) dalam sejumlah kesempatan menyebut, klub-klub ambisius Eropa macam PSG dan Real Madrid tertarik pada pemain jebolan akademi La Masia milik Barcelona ini, disamping sejumlah tawaran mewah dari klub peserta Liga Super Tiongkok.

Jika hanya melihat sekilas, ketajaman Icardi tentu akan membuat klub raksasa Eropa tertarik. Maklum, sejak bergabung dengan Si Ular tahun 2013 silam, pemain Timnas Argentina ini sudah membuat total 122 gol dan 26 assist dari 210 penampilan. Catatan ini tergolong istimewa, karena daya dukung lini tengah Inter tak terlalu mewah, untuk ukuran tim top Eropa.

Tapi, dengan status pesakitan yang didapatnya saat ini, situasinya justru kurang menguntungkan bagi Icardi. Karena, ulahnya kali ini akan menjadi satu nilai minus tersendiri di mata tim-tim raksasa Eropa. Bukannya tertarik, mereka malah bisa jadi enggan memboyong Icardi, sebagai antisipasi kalau ia melakukan aksi "berontak" seperti ini di masa depan. Siapa sih yang mau bertaruh sangat mahal kepada seorang "trouble maker"?

Bagi Inter Milan sendiri, mereka juga tidak berada dalam posisi tawar yang bagus. Karena, kontrak Icardi saat ini baru kadaluarsa tahun 2021. Jika Icardi tak dilepas dalam waktu dekat, ia bisa menjadi duri dalam daging buat tim.

Tapi, jika dibiarkan bertahan sampai kontraknya habis, mereka tak akan mendapat sepeserpun uang transfer, andai Icardi pergi.

Andai manajemen Inter cukup berani, mereka tak perlu takut untuk memberi kesempatan tampil lebih banyak kepada penyerang-penyerang muda yang selama ini agak terpinggirkan karena kebintangan Icardi, misalnya Lautaro Martinez (Argentina) atau Gabriel Barbosa (Brasil). Dengan begitu, mereka bisa menemukan bintang baru tanpa harus berbelanja pemain.

Cara ini bisa juga menjadi pembuktian, apakah Icardi benar-benar ditaksir klub-klub raksasa Eropa atau minat itu hanya gosip belaka. Jika berhasil, cara ini bisa membuat para pemain yang merasa diri sebagai "pemain bintang" akan lebih berhati-hati, jika tak ingin jadi pesakitan.

Menariknya, kasus Icardi dan Inter Milan kali ini membuktikan, pentingnya sebuah langkah tegas dalam menangani pemain bintang bermasalah. Supaya, situasi dalam tim tetap kondusif. Karena, sehebat apapun grafik performanya, seorang pemain bintang hanya akan menjadi sumber masalah, jika ia terus dibiarkan berulah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun