Bersinar. Itulah gambaran sederhana dari kiprah Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih sementara Manchester United (MU). Hal ini setidaknya terlihat dari catatan 6 kemenangan beruntun MU sejak ditukangi Solskjaer. Terakhir, mereka sukses mengalahkan Tottenham Hotspur 1-0 di Wembley berkat gol tunggal Marcus Rashford dalam laga yang juga diwarnai dengan penampilan ciamik kiper David De Gea
Memang, bersama pelatih asal Norwegia ini MU seperti terlahir kembali. Tak ada lagi konflik di ruang ganti dan sepak bola membosankan. Di bawah arahan Solskjaer, MU menjelma menjadi satu tim yang kompak, juga cukup baik saat bertahan maupun menyerang.
Tak heran meski kini masih tertahan di posisi keenam (poin 41) mereka sudah menyamai jumlah poin Arsenal di posisi kelima dan tinggal berjarak enam poin dari posisi empat besar klasemen sementara Liga Inggris. Ini jelas sebuah kemajuan drastis untuk ukuran tim yang sebelumnya cukup akrab dengan masalah, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Berangkat dari situasi inilah banyak Manchunian yang mulai menyuarakan agar Solskjaer dipermanenkan sebagai pelatih di Old Trafford. Karena sang supersub legendaris (sejauh ini) terbukti juga mampu menjadi sosok "supersub" di kursi pelatih MU. Legenda klub, performa bagus, dan dihormati pemain serta suporter. Kurang apa lagi?
Tapi, situasi sebenarnya ternyata tak semudah itu. Karena meski menjadi pelatih sementara MU, Solskjaer sebenarnya hanya berstatus "pelatih pinjaman" dari klub Molde (Norwegia) hingga bulan Mei 2019 mendatang. Di Molde, Solskjaer sendiri punya ikatan kontrak sampai tahun 2021 yang baru disepakati akhir 2018 silam. Solskjaer dipinjamkan ke MU karena kompetisi liga Norwegia sedang libur.
Jadi di sini Molde adalah pengambil keputusan terkait masa depan Solskjaer setelah masa peminjamannya di MU berakhir. Hanya saja, untuk kasus ini, Molde sudah memutuskan Solskjaer tetap harus pulang sebagus apapun performanya di MU nanti.
Entah kebetulan atau bukan situasi seperti ini kurang-lebih mirip juga pernah dialami MU pada pertengahan musim 2006/2007 silam kala meminjam Henrik Larsson (Swedia) dari klub Helsingborg (Swedia). Kala itu Larsson dipinjamkan ke MU selama sepuluh pekan, saat kompetisi Liga Swedia sedang libur.
Meski tampil cukup baik di MU dan masa peminjamannya ingin diperpanjang, Larsson pada akhirnya tetap harus pulang. Helsingborg tetap kukuh berpegang pada kesepakatan awal. Situasi seperti pada kasus Larsson inilah yang kemungkinan bisa terjadi pada Solskjaer di MU.
Tak bisa dipungkiri bahwa start cemerlang Solskjaer di MU memang berhasil menyalakan kembali sinar MU yang sempat redup. Tapi seperti dua sisi mata uang: sinar terang Solskjaer juga mendatangkan sebuah dilema apakah mereka akan coba melobi Molde untuk menggaet Solskjaer sebagai pelatih tetap, atau melepas Solskjaer dan mencari pelatih baru?
Situasi ini jelas dilematis karena andai akhirnya menggaet Solskjaer, Molde tentu merasa agak dirugikan. Karena mereka belum lama memperpanjang kontrak Solskjaer. Andai MU dan Solskjaer diam-diam "main mata" dibelakang Molde, ini jelas tak etis seperti pada kasus Julen Lopetegui dan Real Madrid yang diam-diam "main mata" dibelakang RFEF (PSSI-nya Spanyol) bulan Juni 2018 lalu.Â
Meski akhirnya menjadi pengganti Zinedine Zidane di Bernabeu, nyatanya kiprah Lopetegui di Bernabeu hanya berlangsung singkat. Tentunya, MU dan Manchunian tentu tak ingin Solskjaer menjadi seperti Lopetegui.