Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manchester City dan Sisi Naif Sepak Bola Indah

23 Desember 2018   10:13 Diperbarui: 23 Desember 2018   11:06 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendominasi jalannya pertandingan dan bermain di kandang sendiri, tapi harus rela menelan kekalahan. Begitulah situasi yang dialami oleh Manchester City, saat kalah 2-3 atas Crystal Palace, Sabtu, (22/12) lalu. Akibatnya, City (posisi 2 nilai 44) gagal menjaga jarak dengan Liverpool (nilai 48) di puncak klasemen sementara Liga Inggris. Sebelumnya, Liverpool menang 2-0 atas Wolverhampton Wanderers, Sabtu, (22/12, dinihari WIB).

Posisi City memang masih aman, karena Tottenham Hotspur di posisi ketiga mengantongi nilai 39. Tapi, Spurs berpeluang merapatkan jarak dengan City, terutama jika pekan ini mampu menang atas Everton.

Kekalahan atas Crystal Palace mungkin menjadi sebuah kejutan besar, terutama jika melihat statistik pertandingan. Seperti diketahui, dalam laga ini City mampu memegang 78% penguasaan bola, membuat total 19 tembakan dan 13 sepak pojok. Sementara itu, The Eagles hanya menguasai 22% penguasaan bola, dan membuat total 5 tembakan, tanpa sempat membuat satupun sepak pojok.

Jika hanya melihat statistik ini, tentu kita mafhum, beginilah cara City bermain di bawah arahan Pep Guardiola. Mereka selalu berusaha mendominasi jalannya pertandingan, bahkan sampai ke detail terkecil, untuk memperbesar peluang meraih kemenangan. Otomatis, dengan hanya melihat statistik ini, kebanyakan orang akan mengira City-lah yang menang.

Sayangnya, dalam sepak bola, hasil akhir pertandingan selalu lebih penting daripada catatan statistik pertandingan. Realita ini mungkin menyakitkan buat para pecinta sepakbola indah ala City, yang seperti biasa akan menjadikan kredo "mati dalam keindahan" sebagai pleidoi. Menyakitkan, tapi, begitulah adanya.

Meski mampu membuat gol lewat aksi Ilkay Gundogan dan Kevin De Bruyne, kecerobohan lini belakang City dalam mengantisipasi serangan balik cepat Palace, membuat mereka harus kebobolan tiga gol lewat aksi Jeffrey Schlupp, Luka Milivojevic (penalti) dan Andros Townsend. Palace bahkan bisa mencetak satu gol lagi, andai tembakan Townsend tak membentur mistar.

Daripada meratapi kekalahan City, lebih baik kita memuji kesabaran dan efektivitas Palace. Karena, mereka tak menyia-nyiakan peluang yang ada. Meski kebobolan dua gol, tim asuhan Roy Hodgson ini mampu bertahan dengan baik, dan menghukum City, atas celah yang mereka ciptakan.

Sebaliknya, City terlihat begitu naif. Karena, meski unggul di setiap aspek, dan mampu membuat banyak peluang, mereka gagal mengubah dominasi secara statistik menjadi sebuah kemenangan. Di sini, apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah "seni membuang banyak peluang". Malah, efektivitas Palace ironisnya membuat City seperti sedang diajari, bagaimana cara mengubah peluang menjadi gol yang baik dan benar.

Menariknya, kekalahan City atas Crystal Palace menjadi satu contoh aktual, bahwa keunggulan statistik di segala aspek permainan bukan jaminan mutlak untuk bisa meraih kemenangan. Malah, keunggulan statistik ini secara paradoksal justru sering menampilkan, kelemahan fatal macam apa yang rawan diekspos lawan, entah dalam hal bertahan atau mengantisipasi serangan balik cepat.

Jelas, keunggulan secara statistik hanya akan mubazir, jika tim tetap menelan kekalahan. Malah, dominasi itu hanya akan menjadi sebuah kekonyolan, karena justru menampilkan kecerobohan. Bagaimanapun, pada akhirnya sepak bola selalu berbicara soal berapa banyak gol yang dicetak, bukan berapa banyak peluang gagal yang diciptakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun