Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia, Setelah Piala AFF 2018

26 November 2018   05:56 Diperbarui: 29 November 2018   01:10 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kebobolan, tapi juga tak mampu mencetak gol. Begitulah gambaran sederhana dari performa Timnas Indonesia, saat bermain imbang tanpa gol melawan Filipina di partai terakhir fase grup Piala AFF 2018, Minggu, (25/11). Hasil ini membuat Filipina lolos ke babak semifinal bersama Thailand (juara grup B), dan akan bersua Vietnam (juara grup A). Thailand sendiri akan menghadapi tantangan Malaysia di semifinal, setelah pada saat bersamaan sukses mengalahkan Singapura dengan skor 3-0, di partai terakhir fase grup Piala AFF 2018.

Sementara itu, bagi Tim Garuda, hasil ini memastikan mereka finis di urutan keempat (dari lima peserta) grup B, dengan raihan 4 poin, hasil sekali menang, sekali imbang, dan dua kali kalah dari empat pertandingan. Tentunya, ini adalah sebuah penurunan drastis. Karena, di edisi sebelumnya, Timnas Indonesia mampu mencapai babak final.

Berkaca dari prestasi kurang baik ini, kita dapat melihat bersama, ada beberapa hal yang menjadi sumber masalah buat Timnas di turnamen kali ini. Apa saja?

Pertama Timnas Indonesia masih belum punya mental bertanding sama baiknya di partai kandang maupun tandang. Terbukti, meski tak terkalahkan di kandang (sekali imbang dan sekali menang), mereka selalu kalah saat bermain di kandang lawan (kalah 0-1 dari Singapura dan 2-4 dari Thailand). Ini memang menjadi salah satu "penyakit lama" timnas kita.

Tentunya, kebiasaan ini tak boleh diulang lagi di Piala AFF edisi-edisi berikutnya. Karena format pertandingan fase grupnya akan kembali menggunakan format kandang-tandang, bukan "home tournament" seperti dulu. Jika masih diulang, Timnas Indonesia akan sulit lolos dari fase grup Piala AFF di edisi-edisi berikutnya.

Kedua, Timnas Indonesia tak boleh lagi menggunakan sistem kerja "serba mepet" dalam melakukan persiapan, baik dalam hal menunjuk pelatih, memilih pemain, maupun melakukan program pemusatan latihan. Karena, hasilnya sudah terbukti buruk, seperti terlihat pada level performa yang ditampilkan Stefano Lilipaly dkk di lapangan.

Seharusnya, PSSI harus mulai merancang program nyata, dengan orientasi jangka panjang, bukan per turnamen. PSSI juga perlu lebih realistis dalam hal memasang target prestasi. Mereka juga tak boleh lagi menunggak gaji pelatih timnas, apapun alasannya. Supaya, perkembangan Timnas Indonesia tak jalan di tempat, akibat gangguan semacam ini. Kebetulan, situasi ini belum lama terjadi, saat kontrak Luis Milla batal diperpanjang, akibat penolakan sepihak dari PSSI, yang belakangan diketahui menunggak gaji Milla.

Ketiga, harus ada sinkronisasi, antara jadwal kompetisi domestik, dan pertandingan Timnas. Dalam artian, saat Timnas Indonesia bertanding, jadwalnya tak bertabrakan dengan kompetisi domestik. Supaya, para pemain Timnas dapat berada dalam kondisi fit dan fokus sepenuhnya saat membela Timnas.

Kebetulan, masalah ini menjadi salah satu kendala bagi timnas di Piala AFF 2018. Dimana, para pemain bergabung di Timnas saat Liga 1 sedang memasuki masa krusial. Padahal, kompetisi domestik di negara peserta lainnya sudah selesai saat Piala AFF bergulir. Praktis, hanya Evan Dimas dan Andik Vermansah (keduanya bermain di Liga Malaysia) yang berada dalam kondisi fit. Karena, kompetisi Liga Malaysia memang sudah selesai sebelum Piala AFF dimulai.

Di sini, PSSI seharusnya bisa mulai bersikap profesional, dengan melakukan sinkronisasi jadwal pertandingan. Mereka tak bisa lagi memasang target juara, jika situasinya masih kacau seperti sekarang.

Kini, dengan selesainya kiprah Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018, ada baiknya PSSI mengevaluasi dan segera melakukan langkah kongkrit. Jangan ada lagi komentar absurd di media. Supaya, ke depannya Tim Garuda bisa berprestasi lebih baik dari sekarang. Publik sepak bola nasional tak butuh kata-kata jenaka di media, karena mereka lebih mendambakan prestasi nyata di lapangan hijau.

Bisa, PSSI?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun