Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Balik Tagar #KosongkanGBK

21 November 2018   05:03 Diperbarui: 21 November 2018   05:10 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa pekan terakhir, khususnya sejak Timnas Indonesia mulai bertanding di ajang Piala AFF 2018, muncul tagar #KosongkanGBK, yang viral di medsos. Meski disayangkan oleh sejumlah eks pemain Timnas Indonesia seperti Bambang Pamungkas dan Ponaryo Astaman, nyatanya aksi boikot suporter Timnas Indonesia kali ini cukup berhasil.

Terbukti, pada laga Timnas Indonesia Vs Timor Leste, (13/11) lalu, jumlah penonton yang hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tercatat hanya berjumlah 15.138 orang. Padahal, di laga ini PSSI mengalokasikan 60 ribu lembar tiket. Tak menutup kemungkinan, kondisi serupa akan kembali terjadi, saat Timnas Indonesia menjamu Filipina, Minggu, (25/11) mendatang. Terutama, jika Evan Dimas dkk sudah pasti tersingkir di fase grup Piala AFF 2018 sebelum laga itu dimulai.

Mungkin, aksi boikot ini tampak tak nasionalis, dan diluar kebiasaan suporter kita. Seperti diketahui, tiap kali Tim Garuda bertanding, suporter selalu berduyun-duyun datang ke stadion. Dimanapun timnas bermain di Indonesia, berapapun harga tiketnya, suporter selalu sukses memenuhi stadion.

Tapi, jika kita melihat situasinya secara utuh, aksi boikot ini menunjukkan, suporter kita mulai bisa bersikap cerdas. Hal ini seharusnya bukan untuk dikritik, tapi justru layak dipuji dan didukung penuh. Mengapa demikian?

Karena, aksi boikot #KosongkanGBK adalah sebuah kritik kongkrit suporter kita, atas carut marutnya persepakbolaan nasional. Kacaunya persiapan Timnas Indonesia menjelang Piala AFF 2018, yang tercermin nyata dari performa jeblok tim di lapangan, menjadi bukti sahih, mengapa aksi ini layak dilanjutkan, setidaknya sampai situasi benar-benar membaik.

Di sini, saya melihat suporter kita mulai bisa berpikir cerdas, karena mereka kini sudah menyadari, jika mereka masih mendukung Tim Garuda dengan sudut pandang "kacamata kuda" seperti sebelumnya, PSSI-lah yang justru diuntungkan. Karena, keuntungan hasil penjualan tiket pertandingan Timnas Indonesia tetap masuk ke kantong PSSI. Sebenci apapun suporter kepada PSSI, nyatanya merekalah yang menjadi pendonor dana buat PSSI. Ironis kan?

Bergaungnya tagar #KosongkanGBK, adalah satu perlawanan seimbang suporter buat PSSI. Karena, kini mereka mulai bisa melawan PSSI yang selama ini serba sistematis dalam menyikapi segala kritik yang ada, dengan cara yang sistematis juga. Lagipula, buat apa datang langsung ke SUGBK, kalau itu hanya mempertebal isi dompet PSSI? Toh, suporter bukan sapi perah PSSI.

Di satu sisi, aksi boikot ini membuat Timnas Indonesia terlihat merana. Karena, mereka kehilangan dukungan suporter, saat dukungan itu sedang dibutuhkan. Tapi, dengan tim yang serba seadanya, baik dari segi teknis maupun nonteknis, mereka belum layak untuk didukung penuh, apalagi dibebani target juara, seperti target prestasi yang dicanangkan oleh PSSI.

Tapi, di sisi lain, aksi boikot suporter Timnas Indonesia kali ini menunjukkan bagaimana sebuah dukungan seharusnya dilakukan. Dukungan itu bukan hanya sebatas memuji saat menang, atau menghujat saat kalah. Dukungan juga adalah cara memberi kritik atau saran secara cerdas, lewat sebuah tindakan yang sistematis. Supaya, kesadaran dapat muncul dengan sendirinya.

Seharusnya, PSSI harus mulai menyadari, suporter kita kini mulai bisa berpikir cerdas. Mereka tak bisa lagi berlindung di balik harapan besar mereka kepada Tim Garuda, atau bersikap seperti pihak yang paling benar. Di sini, mereka juga harus mulai menyadari kesalahannya dan berbenah secara serius. Jika tidak, mereka akan rontok dengan sendirinya, akibat kehilangan salah satu sumber pemasukan. Karena, tagar #KosongkanGBK barulah awal, dari sebuah gerakan penyadaran di sepak bola nasional. Semoga, ini bisa mendatangkan dampak positif, cepat atau lambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun