Bicara soal performa Liverpool di awal musim ini, khususnya di Liga Inggris, kita semua tentu sepakat, tim ini mengalami banyak kemajuan dibanding tahun sebelumnya. Kedatangan Alisson, Xherdan Shaqiri, Naby Keita dan Fabinho, terbukti mampu meningkatkan kualitas tim asuhan Jurgen Klopp.
Kehadiran Alisson mampu memberi rasa aman di bawah mistar. Sementara itu, kedatangan Shaqiri, Keita dan Fabinho memperkaya opsi di sektor dapur serangan Si Merah. Dua hal ini, adalah sesuatu yang tidak dimiliki Liverpool di tahun sebelumnya. Tak heran, performa Liverpool di awal musim ini, khususnya di Liga Inggris, cenderung lebih konsisten. Terbukti, mereka belum terkalahkan di Liga Inggris sejauh ini.
Tapi, jika melihat sekali lagi, ada satu poin, yang juga menjadi pembeda, antara Liverpool musim ini dan musim-musim sebelumnya. Perbedaan itu adalah, cara berpikir mereka, dalam hal menghadapi pertandingan, antara laga big match, dan pertandingan melawan tim semenjana.
Di musim-musim sebelumnya, kita mengenal Liverpool sebagai salah satu tim yang punya mental "Robin Hood": pelit poin kepada tim besar, tapi cukup murah hati kepada tim kecil. Tak heran, mereka cukup akrab dengan inkonsistensi performa. Masalah klasik inilah, yang membuat Liverpool sering kesulitan bersaing di papan atas.
Tapi, di musim ini, kita melihat pemandangan sebaliknya. Liverpool begitu lapar, dalam mengincar kemenangan atas tim kecil, dan mau "berbagi poin" saat bersua tim besar. Hal ini bisa dilihat, dari performa Liverpool di liga, saat melawan tim biasa maupun tim anggota The Big Six sejauh ini.
Saat bersua dengan tim biasa, Liverpool mampu mencatat tujuh kemenangan dari tujuh laga yang dijalani. Berapapun skornya, entah tipis atau telak, kemenangan seperti menjadi satu target rutin. Tak ada lagi "belas kasihan" seperti dulu.
Sementara itu, saat bersua tim The Big Six, Liverpool relatif lebih "murah hati". Dari empat laga "big match"yang sudah dijalani (Vs Tottenham Hotspur, Manchester City, Chelsea dan Arsenal), The Anfield Gank mencatat satu kemenangan (Vs Tottenham Hotspur) dan tiga kali imbang.
Terkini, pada Minggu, (4/11, dinihari WIB), Liverpool bermain imbang 1-1 melawan Arsenal di Emirates Stadium. Hasil ini didapat, setelah gol James Milner di menit ke 61 mampu dibalas oleh Alexandre Lacazette di menit ke 82.
Meski kini terlihat kurang meyakinkan saat bertemu tim besar, agaknya Jurgen Klopp mulai berhasil mengubah pola pikir Liverpool, dari yang sebelumnya "boleh kalah dari tim lain asal jangan kalah dari tim besar" menjadi "boleh kehilangan poin penuh dari tim besar asal bisa menang atas tim kecil". Tentunya, ini adalah satu perbaikan positif, sekaligus sinyal bahwa Liverpool mulai menapaki tahap peningkatan berikutnya bersama Klopp, dengan melakukan "Revolusi mental" di liga Inggris.
Di sini, Klopp seolah ingin menekankan, betapa pentingnya sebuah konsistensi di kompetisi liga. Tak peduli siapapun lawannya, kemenangan adalah satu hal yang harus didapat sesering mungkin. Khususnya, jika mereka ingin serius bersaing di papan atas. Karena, kemenangan di liga, entah atas tim besar atau kecil, sebenarnya sama-sama bernilai tiga poin.
Jelas, kompetisi liga domestik seperti Liga Inggris adalah kompetisi yang memperhitungkan jumlah poin yang didapat secara kumulatif. Jadi, perlu pendekatan berbeda dibandingkan dengan kompetisi bersistem gugur seperti Liga Champions Eropa.