Judul di atas adalah kesimpulan sederhana dari performa Timnas U-19, saat kalah dari Qatar dengan skor tipis 5-6, Minggu, (21/10). Pada prosesnya, Timnas U-19 secara heroik mampu membuat empat gol beruntun, setelah sebelumnya tertinggal 1-6. Tapi, meski terlihat heroik, jujur saja, saya malah melihat, ini adalah kekalahan yang layak diterima Egy Maulana Vikri dkk. Mengapa?
Karena, Timnas U-19 benar-benar tampil buruk; tumpul saat menyerang, dan sangat ceroboh saat bertahan. Para Garuda Muda baru "bangkit dari kubur" setelah menit ke 60. Reaksi ini baru muncul, setelah mereka kebobolan enam gol. Andai performa heroik ini muncul, setidaknya sejak awal babak kedua, tanpa menunggu lawan mencetak enam gol, hasilnya pasti akan berbeda.
Masalah lainnya, pelatih Indra Sjafri agak terlambat menurunkan Todd Rivaldo Ferre, yang sukses mencetak hattrick di laga ini. Andai pemain Persipura ini dimainkan, minimal sejak awal babak kedua, ia pasti bisa berbuat sedikit lebih banyak.
Di sini, saya justru heran, kenapa Indra Sjafri masih saja bersikeras memainkan Rafli Nursalim sejak awal laga. Padahal, saat melawan Qatar, ia jelas-jelas menjadi kartu mati, seperti saat Timnas U-19 menang 3-1 atas Taiwan. Tak hanya tumpul, ia juga mendapat kartu kuning saat melawan Qatar.
Dengan hattrick yang sudah dicetaknya ke gawang Qatar, seharusnya Todd Rivaldo Ferre layak mengisi posisi Rafli Nursalim di laga berikutnya melawan Uni Emirat Arab, yang juga berasal dari Timur Tengah seperti halnya Qatar. Jika ternyata Indra Sjafri masih saja tak percaya, maka ini sudah keterlaluan. Sudah membuat hattrick meski tampil sebagai pemain pengganti, kurang apalagi?
Dari segi hasil, meski sukses membuat Qatar ketar-ketir, Garuda Nusantara berada dalam posisi kurang menguntungkan. Karena, nasib mereka tidak sepenuhnya ditentukan oleh diri mereka sendiri. Untuk bisa lolos ke babak selanjutnya, Witan Sulaeman dkk dituntut harus menang telak atas Uni Emirat Arab di laga terakhir, sambil berharap Taiwan setidaknya tak kalah telak atas Qatar. Meskipun, harapan ini sebenarnya agak tipis. Seperti diketahui, Taiwan baru saja babak belur dihajar Uni Emirat Arab dengan skor telak 8-1.
Dengan situasi seperti ini, praktis Timnas U-19 harus melupakan sejenak mimpi besar lolos ke Piala Dunia U-20 yang dicanangkan oleh PSSI. Supaya, mereka bisa fokus tampil sebaik mungkin saat melawan Uni Emirat Arab. Berhubung Timnas U-19 harus menang telak di pertandingan ini, mereka tak boleh lagi tampil ceroboh dalam bertahan, dan harus berusaha mencetak gol cepat.
Selain itu, mereka harus berusaha sebaik mungkin, untuk tidak terprovokasi dengan gaya bermain "tricky" khas tim asal Timur Tengah. Sekali termakan provokasi pemain lawan, habislah sudah.
Apapun hasil yang didapat Timnas U-19 saat melawan Uni Emirat Arab, kita harus berusaha untuk tetap tenang. Andai Timnas U-19 mampu lolos ke babak selanjutnya, tak perlu ada euforia. Karena, ada banyak kekurangan yang masih harus dibenahi.
Andai (kembali) gagal, seharusnya ini bisa menjadi pelajaran berikutnya bagi PSSI, untuk mulai belajar realistis dan serius berbenah. Karena, selama tata kelola sepak bola nasional masih carut marut seperti sekarang, selama itu pula Timnas Indonesia (di kelompok umur berapapun) sulit mencetak prestasi.
Tetap semangat, Timnas U-19!