Setelah sempat menjadi tanda tanya dalam beberapa pekan terakhir, akhirnya pada Minggu, (21/10), PSSI memutuskan lewat rapat Exco PSSI, untuk mempromosikan Bima Sakti sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia untuk nenghadapi Piala AFF 2018 mendatang. Dengan demikian, kiprah Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia pun berakhir sudah.
Sebelumnya, negosiasi Milla dan PSSI sempat mengalami tarik ulur. Seperti diketahui, eks pemain Barcelona dan Real Madrid ini tak kunjung datang ke Indonesia, karena sedang menjalani kursus lisensi kepelatihan UEFA Pro (level tertinggi lisensi kepelatihan UEFA) di Spanyol. Alhasil, negosiasi hanya bisa dilakukan lewat komunikasi jarak jauh, sebelum akhirnya kedua belah pihak gagal meraih kesepakatan, terkait perpanjangan kontrak selama setahun yang ditawarkan oleh PSSI untuk Luis Milla.
Dalam menjalankan tugasnya, Bima Sakti akan dibantu oleh Kurniawan Dwi Yulianto (asisten pelatih) dan Kurnia Sandy (pelatih kiper). Keduanya adalah rekan setim Bima Sakti semasa bermain di Tim PSSI Primavera dan Timnas Indonesia. Sebelumnya, selama Bima Sakti masih menjadi pelatih sementara Timnas, mereka juga berstatus sebagai asisten pelatih dan pelatih kiper sementara, yang sama-sama bertugas di bawah supervisi Danurwindo (Direktur Teknik Timnas Indonesia).
Jika melihat situasi saat ini, ini adalah pilihan yang tepat, dan mudah ditebak. Maklum, Piala AFF 2018 akan dimulai awal November mendatang. Di sini, PSSI melihat Bima Sakti sebagai sosok pelatih ideal buat Tim Garuda. Karena, ia adalah eks asisten pelatih Luis Milla di Timnas, dan sudah mengenal seluk beluk tim, lengkap dengan konsep taktiknya. Jadi, Evan Dimas dkk tak perlu lagi memulai dari nol.
Tapi, satu hal yang sangat disayangkan adalah, PSSI tetap mematok target juara Piala AFF seperti sebelumnya. Tanpa bermaksud meremehkan kemampuan Tim Garuda, target ini bukan target yang masuk akal. Karena, di saat tim-tim lain (misal Thailand, Vietnam dan Filipina) sibuk mempersiapkan diri, kita masih belum punya pelatih definitif, sebelum akhirnya Bima Sakti ditunjuk PSSI. Penunjukan ini pun sebenarnya bukan tanpa risiko, karena Bima Sakti sebelumnya belum pernah bertugas sebagai pelatih kepala.
Masalah lainnya, penunjukan Bima Sakti, dan masa persiapan Timnas Indonesia setelah ini relatif mepet. Tak ada lagi waktu buat Bima Sakti untuk bereksperimen. Ditambah lagi, saat Piala AFF 2018 dimulai, kompetisi Liga 1 masih bergulir. Situasi ini akan membuat Tim Garuda terancam tampil dengan kekuatan tim relatif seadanya. Karena, klub-klub Liga 1 bisa jadi enggan melepas beberapa pemain kuncinya ke Timnas secara bersamaan. Maklum, kompetisi sedang memasuki fase krusial.
Dengan situasi seperti ini, PSSI seharusnya bisa bersikap realistis. Dengan situasi dan kondisi yang ada, hanya mengandalkan optimisme saja tak cukup. Ini sepak bola di dunia nyata, bukan sepak bola di anime Captain Tsubasa.
Apalagi, timnas akan satu grup dengan Thailand dan Filipina, dua kontestan Piala Asia 2019. Kedua tim ini jelas tak bisa diremehkan. Kalaupun ada peluang yang bisa dimanfaatkan, peluang itu adalah Filipina dan Thailand sama-sama akan menjadikan Piala AFF 2018 sebagai persiapan menuju Piala Asia 2019, yang akan dimulai bulan Januari 2019 mendatang. Ada juga Singapura yang mulai berbenah di bawah arahan Fandi Ahmad, yang diasisteni Noh Alam Shah (eks pemain Arema dan Timnas Singapura).
Dengan situasi seperti ini, secara jujur saya akan mengatakan, jangankan juara, bisa masuk semifinal Piala AFF 2018 saja sudah cukup bagus buat Tim Garuda. Karena, turnamen edisi kali ini akan berlangsung dengan sistem kandang-tandang. Hal ini seharusnya bisa menjadi perhatian bersama, mengingat, mental bertanding Timnas di partai tandang kurang teruji. Selama ini, Timnas Indonesia lebih banyak bermain di Tanah Air saat laga uji coba.
Terlepas dari situasi yang ada, semoga "comeback" trio pemain timnas Indonesia jebolan Primavera ini bukan sebuah pertanda buruk buat Tim Garuda.
Selamat bertugas, coach!