Era baru, gaya baru. Itulah gambaran sederhana, dari penampilan timnas Spanyol, saat menghadapi tuan rumah Inggris di Wembley, Minggu, (9/9, dinihari WIB), dalam ajang UEFA Nations League. Disebut era baru, karena Tim Matador tampil dengan komposisi skuad generasi baru. Disebut gaya baru, karena mereka bermain dengan gaya main berbeda dari sebelumnya.
Memang, dalam laga ini, La Furia Roja hanya menampilkan dua personel tersisa, dari generasi tiki-taka yang bergelimang sukses itu, yakni Sergio Busquets (Barcelona), dan Sergio Ramos (Real Madrid). Karena, pemain-pemain senior seperti Gerard Pique, dan Andres Iniesta, sama-sama memutuskan pensiun dari timnas Spanyol, segera setelah Tim Matador tersingkir di Piala Dunia 2018 lalu.
Otomatis, situasi ini membuka jalan bagi pemain-pemain macam Rodrigo (Valencia), Saul Niguez (Atletico Madrid), Nacho Fernandez (Real Madrid) dan Thiago Alcantara (Bayern Munich), yang sebelumnya minim kesempatan tampil di level timnas senior.Â
Selain itu, era baru di timnas Spanyol ini, juga ditandai dengan kehadiran sosok Luis Enrique (eks pemain dan pelatih Barcelona) di kursi pelatih. Seperti diketahui, Enrique ditunjuk RFEF (PSSI-nya Spanyol) sebagai pengganti pelatih interim Fernando Hierro, setelah Piala Dunia 2018 berakhir.
Jika melihat kiprah Enrique di Barcelona (sebagai pelatih), penunjukan ini sangat relevan dengan situasi timnas Spanyol saat ini. Karena, mereka memang perlu meng-update sistem permainan tiki-taka, yang belakangan mulai usang. Kebutuhan ini cukup mendesak, karena sejak gagal total di Piala Dunia 2014 lalu, timnas Spanyol kesulitan berprestasi di turnamen mayor, dengan sistem permainan tiki-taka, yang sebelumnya sukses memberi gelar juara dunia (2010) dan Eropa (2008 dan 2012).
Kebetulan, untuk masalah yang satu ini, Enrique sudah punya pengalaman sukses, saat membawa Barca meraih "treble winner" di musim 2014/2015. Kala itu, Enrique berhasil meng-update sistem permainan tiki-taka Barcelona, dengan membuatnya menjadi lebih simpel dan seimbang, tapi tetap mematikan.Â
Sistem permainan ini lalu dilanjutkan Ernesto Valverde (pelatih Barca saat ini) dengan beberapa modifikasi, baik dalam hal formasi pemain, maupun sistem rotasi pemain. Pengalaman inilah, yang diharapkan RFEF mampu direplikasi Enrique di timnas Spanyol.
Dan, penampilan timnas Spanyol di Stadion Wembley menjadi gambaran nyata, bahwa harapan RFEF ini bukan sebatas harapan kosong belaka. Karena, dalam laga ini, Tim Matador menampilkan gaya main berbeda dari biasanya. Meski masih mendominasi penguasaan bola seperti biasanya, mereka kini mampu bermain lebih seimbang. Dalam artian, mereka tahu harus bagaimana saat menyerang, dan harus bagaimana saat bertahan. Selain itu, mereka juga mampu tampil lebih 'ngotot' saat dibutuhkan.
Gambaran ini tercermin dalam penampilan mereka di Wembley. Meski tertinggal lebih dulu lewat gol Marcus Rashford, mereka mampu bereaksi cepat, lewat gol-gol yang dicetak Saul Niguez dan Rodrigo.Â
Dalam hal memanfaatkan peluang, mereka juga lebih efektif, tak senaif sebelumnya. Terbukti, dari 4 tembakan on target mereka, dua diantaranya sukses dikonversi menjadi gol.Â
Tentunya, ini menjadi hal baru buat timnas Spanyol, yang selama ini cenderung gemar membuang-buang peluang, dan sulit keluar dari tekanan, saat mereka kebobolan lebih dulu.