Tiga kali bermain, dengan membuat 23 tembakan, tapi belum membuat satu gol pun. Malah, ia berhasil membuat satu assist. Itulah gambaran sederhana, dari performa Cristiano Ronaldo, dalam tiga penampilannya bersama Juventus di laga resmi.
Tentunya, ini adalah satu catatan negatif, buat pemain sekelas Ronaldo, karena sebelumnya ia sukses membuat total 450 gol dari 438 penampilan, selama berseragam Real Madrid, antara tahun 2009-2018.
Performa ciamiknya di Real Madrid, memang sempat mendatangkan optimisme bagi Juventus dan Juventini, saat bintang asal Portugal ini resmi menjadi pemain Juventus, setelah diboyong dari Real Madrid, dengan harga total 112 juta euro.
Dari segi bisnis, transfer ini terbukti sangat menguntungkan bagi Juventus dan Liga Italia. Karena, kedatangan Ronaldo yang punya popularitas level global, mampu meningkatkan popularitas Liga Italia di tingkat global.
Bagi Juventus sendiri, kedatangan Ronaldo terbukti sukses meningkatkan popularitas, nilai jual, dan pendapatan mereka.
Sayangnya, dampak positif itu belum kunjung menjadi nyata di lapangan, karena rekening gol Ronaldo di Juventus belum juga pecah telur.
Tak heran, tanda tanya pun mulai bermunculan: Apakah Ronaldo memang sudah habis? Apakah harga transfernya kemahalan? Apakah Ronaldo memang tak cocok dengan Liga Italia? Rentetan pertanyaan ini, tentu kurang mengenakkan buat Ronaldo dan penggerak setianya.
Tapi, jika kita melihatnya sekali lagi, sebetulnya ini adalah fenomena yang wajar. Karena, Ronaldo sebelumnya terbiasa bermain di Liga Inggris dan Spanyol, yang secara permainan lebih terbuka dibanding Liga Italia.
Seperti diketahui, Liga Italia dikenal sebagai liga dengan kultur sepak bola bertahan yang kuat.
Jadi, wajar jika kiper atau bek di liga ini terlihat tangguh. Terbukti, meski Ronaldo mampu membuat banyak peluang, ia belum juga mampu membuat gol.
Selain masalah gaya bermain, pemain-pemain di Liga Italia dan media Italia cenderung kalem. Dalam artian, mereka tak melempar pujian, atau menaruh rasa hormat berlebihan.