Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dua Wajah "Sweeper Keeper"

29 Juni 2018   20:16 Diperbarui: 29 Juni 2018   20:14 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sepak bola, kita mengenal istilah "sweeper keeper" alias kiper bergaya main modern, sebagai sebutan umum, untuk kiper yang bertipikal aktif, dalam artian, selain refleks yang bagus, ia juga punya kemampuan oke dalam hal memainkan bola dengan kakinya, melepas umpan akurat, melakukan sapuan (clearance), atau bahkan mencetak gol.

Awalnya, "sweeper keeper" kerap diidentikkan dengan kiper bergaya main eksentrik, yang gemar "piknik" keluar gawangnya, untuk naik membantu serangan, atau mencetak gol saat tim sedang terdesak. Kiper dengan gaya main ini banyak ditemui di Amerika Latin, misalnya Rene Higuita (Kolombia) dan Jorge Campos (Meksiko). Ada juga kiper yang punya kemampuan eksekusi bola mati oke, misalnya Rogerio Ceni (Brasil) atau Jose Luis Chillavert (Paraguay).

Dari segi gaya main, peran kiper eksentrik memang pas dengan kultur sepak bola Amerika Latin, yang memberi pemain ruang seluas mungkin untuk berimprovisasi. Secara taktik, peran ini akan menjadi efek kejut buat lawan, terlepas dari risiko kebobolan yang tinggi.

Secara teknik, peran ini akan membuat kemampuan kiper menjadi komplet. Karena, mau tak mau, si kiper ini akan terbiasa memainkan bola dengan kaki, atau kadang kepalanya. Meski terlihat sembrono, aksi mereka tetap enak dilihat, karena sistem permainan yang ada umumnya sangat mendukung peran unik ini.

Tak heran, kiper-kiper eksentrik asal Amerika Latin lebih banyak diingat, karena kemampuan tak biasa mereka. Bahkan, keempat kiper yang namanya saya sebutkan di atas dikenal sebagai legenda timnas negara masing-masing. 

Campos, Higuita dan Chillavert sama-sama menjadi kiper andalan timnas di eranya masing-masing, sementara Ceni menjadi anggota skuad timnas Brasil, saat Tim Samba juara Piala Dunia 2002. Di era terkini, ada Claudio Bravo (Cile), Ederson dan Alisson (Brasil), yang menjadi kiper modern asal Amerika Latin berikutnya.

Sementara itu, di Eropa, "sweeper keeper" adalah peran yang belakangan mulai populer, setelah merebaknya tren sepak bola "possesion football", yang diikuti dengan munculnya tren sepak bola "pressing football". 

Di sini, peran "sweeper keeper" cenderung dibatasi, sebagai "penyapu bola" seperti bek saat lawan menekan, atau "pengoper bola" saat tim sedang membangun serangan. Kiper hanya boleh ikut menyerang saat situasi mendesak, misalnya saat situasi sepak pojok di akhir laga. Contoh "sweeper keeper" versi Eropa antara lain Fabien Barthez (Prancis), dan Manuel Neuer (Jerman).

Tapi, berbeda dengan di Amerika Latin, "sweeper keeper" versi Eropa justru terlihat aneh, terutama saat si kiper sedang menggocek bola begitu jauh meninggalkan posnya. Situasi ini jelas takkan dipandang sebagai "kejutan", tapi justru menjadi sebuah peluang. Jika si kiper yang sedang "piknik" itu kehilangan bola atau salah umpan, mencetak gol akan lebih mudah.

Kebetulan, situasi itulah yang dialami Manuel Neuer, saat timnas Jerman ditekuk Korea Selatan 0-2, Rabu, (27/6). Ikut naik menyerang dalam keadaan tertinggal 0-1 di masa injury time, Neuer justru kehilangan bola yang digoceknya. 

Tanpa ampun, bola itu langsung dikirim pemain Korea Selatan ke mulut gawang Jerman yang sudah kosong, sebelum akhirnya dituntaskan Son Heung Min menjadi gol. Gol inilah, yang memastikan Jerman tersisih di fase grup Piala Dunia 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun