Di Piala Dunia, kebanyakan tim unggulan umumnya berasal dari Eropa (UEFA) atau Amerika Selatan (Conmebol). Seperti diketahui, tim nasional dari kedua regional ini umumnya memang punya level kualitas yang bagus, baik secara tim maupun perorangan. Diluar dua regional ini, ada Afrika, yang wakil-wakilnya kerap dilabeli status tim "Kuda Hitam" tiap turnamen Piala Dunia digelar.
Tentu saja, predikat ini muncul, bukan sebatas karena mereka berasal dari Benua Hitam. Tapi, karena tim-tim dari benua Afrika, yang berada dibawah naungan CAF (Konfederasi Sepak Bola Afrika) memang selalu punya modal menarik untuk bersaing di Piala Dunia. Di Piala Dunia 2018 ini, benua Afrika mengirimkan Mesir, Maroko, Tunisia, Nigeria, dan Senegal sebagai wakilnya. Meski tanpa tim klasik Afrika macam Ghana, Kamerun dan Pantai Gading, kiprah tim Afrika di Rusia tetap menarik disimak.
Karena, secara tradisional, wakil-wakil benua Afrika selalu punya tim dengan keunggulan fisik dan teknik yang oke. Seperti diketahui, dari masa ke masa, tim-tim Afrika kerap diisi pemain-pemain berkualitas, mulai dari Roger Milla dan Samuel Eto'o (Kamerun), Nwankwo Kanu (Nigeria), El Hadji Diouf (Senegal), Didier Drogba (Pantai Gading), sampai Michael Essien (Ghana).
Di Piala Dunia kali ini, ada Mohamed Salah (Mesir, bermain di Liverpool), Mehdi Benatia (Maroko, bermain di Juventus), Wahbi Khazri (Tunisia, bermain di Rennes), Victor Moses (Nigeria, bermain di Chelsea), dan Sadio Mane (Senegal, bermain di Liverpool). Kelimanya akan menjadi bintang utama timnas masing-masing di Rusia.
Selain karena kualitas individu yang oke, wakil-wakil Afrika juga didukung satu modal positif lainnya. Modal itu adalah, sejak Piala Dunia 1986, selalu ada wakil Afrika yang lolos ke fase gugur Piala Dunia, bahkan, di Piala Dunia 1990 (Kamerun), 2002 (Senegal), dan 2010 (Ghana), timnas wakil Afrika mampu menembus babak 8 besar.
Terakhir, di Piala Dunia 2014, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Piala Dunia, ada dua tim wakil Afrika di perdelapanfinal, yakni Nigeria dan Aljazair. Tentunya, ini adalah catatan bagus yang ingin (minimal) diulang di Rusia, sekaligus menjadi sebuah tantangan, apakah mereka mampu melaju lebih jauh atau tidak.
Tapi, meski punya kelebihan menarik, tim-tim Afrika di Piala Dunia kerap menampilkan kelemahan klasik mereka, yakni dalam hal kerjasama tim, dan kecenderungan untuk bermain keras. Masalah ini, kerap membuat tim-tim Afrika justru tampil buruk, dan harus tersingkir dini di Piala Dunia. Padahal, materi tim yang mereka punya, sebetulnya punya kemampuan untuk melaju lebih jauh.
Tentunya, kelemahan klasik ini, menjadi sebuah "PR" tersendiri bagi tim-tim wakil benua Afrika di Rusia untuk dapat ditangani secara efektif. Jika mereka mampu meminimalkan kelemahan klasik ini, sekaligus memaksimalkan semua kemampuan yang mereka punya, mereka akan lolos ke fase gugur, bahkan bisa saja melaju lebih jauh di Rusia.
Menarik ditunggu, bagaimana kiprah tim-tim wakil Benua Afrika di Rusia.
Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H