Paradoks, inilah kata yang kiranya tepat, untuk menggambarkan bagaimana kiprah singkat Michael Essien di Liga Indonesia. Gelandang asal Ghana ini memang menjalani periode singkat di klub Persib Bandung yang cukup berwarna. Meskipun, awal dan akhir kiprahnya di Tanah Air punya dua warna berlawanan.
Kedatangannya ke Indonesia, diawali dengan teka-teki, yakni wacana manajemen Persib mendatangkan pemain kelas dunia. Saat akhirnya resmi digaet, eks pemain Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan ini dikontrak selama setahun, dengan opsi perpanjangan kontrak setahun.Â
Persib menggaet pemain yang mengenakan nomor punggung lima ini secara gratis. Karena, Essien saat itu berstatus tanpa klub, sejak mengakhiri kontraknya dengan klub Panathinaikos (Yunani) tahun 2016.
Segera setelah datang, Essien menjelma menjadi seorang ikon di Persib. Segala hal tentangnya menjadi daya tarik tersendiri. Jerseynya laris manis, bahkan ia sempat diundang ke Istana Negara sebagai bentuk apresiasi pemerintah atas kesediaannya bermain di Indonesia. Tak ketinggalan, media asing pun turut memberitakan kedatangan Essien ke Persib.
Kedatangan Essien, menjadi sebuah keuntungan bagi Persib dan liga Indonesia. Dengan segudang pengalamannya, di level klub maupun di timnas Ghana, Essien mampu memberi manfaat tersendiri, bagi pemain-pemain muda Persib, dan tim secara keseluruhan.Â
Pemain yang turut memperkuat timnas Ghana di Piala Dunia 2006 dan juara Liga Champions Eropa 2012 bersama Chelsea ini juga mampu mempromosikan Persib secara lebih luas hingga ke mancanegara lewat pemberitaan tentang dirinya.Â
Secara tidak langsung, Essien turut berkontribusi memperbaiki image persepakbolaan Indonesia, yang saat itu sedang memulai langkah baru, pasca sanksi FIFA.
Sayang, kehebohan soal kedatangannya ke Tanah Air lalu diikuti dengan musim penuh gonjang-ganjing di tubuh tim Persib Bandung. Performa Persib yang naik turun, ditambah tak adanya sosok pelatih definitif, setelah Djadjang Nurdjaman hengkang membuat situasi terasa aneh.
Essien sendiri menjalani peran tak biasa di Persib, dia kerap dijadikan sebagai "playmaker", meski aslinya ia seorang gelandang bertahan. Total, ia mencatat 5 gol dan 1 assist dari 29 penampilan bersama Persib.Â
Performa yang tak buruk untuk ukuran seorang playmaker dadakan. Tapi, catatan ini tetap dinilai sebagai sebuah kegagalan, setelah Persib finish di papan tengah klasemen Liga 1 musim 2017.
Kiprah Essien di Persib praktis selesai, setelah Persib merekrut Roberto Carlos Mario Gomez jelang dimulainya Liga 1 musim 2018. Pelatih asal Argentina ini tak memasukkan Essien dalam rancangan taktiknya. Tapi, kebersamaan Persib dan Essien baru benar-benar berakhir pada Selasa (5/6) lalu, setelah Persib dan Essien sepakat mengakhiri kerja sama kedua belah pihak. Tak seperti kedatangannya yang heboh, kepergiannya dari Persib terasa begitu sunyi.