Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persija Si Raja "Tunda"

4 Juni 2018   06:47 Diperbarui: 4 Juni 2018   08:39 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liga 1 Indonesia musim 2018 belum separuh jalan. Tapi, sudah ada satu klub, yang mengantongi sebutan "raja". Sebutan ini bukan merujuk pada performa tim tersebut di lapangan hijau, tapi soal jumlah 'tabungan' laga tunda yang didapat. Tim itu adalah Persija Jakarta.

Sejauh ini, Persija sudah menabung tiga laga tunda, masing-masing melawan Perseru Serui (6/4, diganti jadwalnya menjadi 6/7), Persib Bandung, (28/4, diganti jadwalnya menjadi 30/6), dan yang terkini Persebaya Surabaya (3/6, jadwal penggantinya belum diketahui). Ketiga laga ini ditunda, dengan beberapa alasan.

Laga melawan Perseru ditunda, karena jadwalnya berdekatan dengan dua leg pertandingan Persija di babak semifinal Piala AFC zona ASEAN melawan Home United (Singapura). Meski Persija akhirnya kalah dari Home United, penundaan ini masih bisa dimaklumi. Mengingat, Persija adalah klub wakil Indonesia terakhir di ajang ini, setelah Bali United angkat koper di fase grup Piala AFC.

Untuk laga melawan Persib Bandung, laga klasik ini ditunda, karena pihak kepolisian tak memberi izin, dan sedang fokus mengamankan Jakarta pada acara demonstrasi peringatan Hari Buruh Internasional, (1/5). Pada kasus penundaan ini pun, situasinya kembali bisa dimaklumi. Karena, ini menyangkut situasi darurat. Maka, wajar jika pihak kepolisian berusaha meminimalkan masalah, dengan menunda laga Persija melawan Persib, laga klasik yang dikenal punya risiko kerusuhan cukup tinggi.

Tapi, untuk laga melawan Persebaya, laga ditunda akibat bentrokan antarsuporter beberapa jam sebelum laga, dan situasi sebenarnya sudah kondusif. Laga ini ditunda tepat di hari H, dengan pertimbangan keamanan. Padahal, tiket sudah terjual, dan laga ini sedianya disiarkan langsung di televisi. Belum lagi, Persija masih harus membayar ongkos sewa stadion, ditambah biaya perjalanan. Seperti diketahui, laga melawan Persebaya dimainkan di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, sedang dipersiapkan untuk perhelatan Asian Games. Jadi, bisa dibayangkan, betapa besar kerugian yang didapat semua pihak terkait.

Meski alasannya masuk akal, saya justru menyoroti ketidaksiapan panitia penyelenggara (panpel) Persija, dalam mengelola aspek keamanan pertandingan. Padahal, Bonek (suporter Persebaya) hanya kebagian kuota 1000 lembar tiket, dari total 18.000 lembar tiket yang tersedia. Untuk ukuran sebuah klub profesional, hal ini tentu saja memalukan. Jika ini terjadi di Eropa, Persija akan dinyatakan kalah WO 3-0, akibat ketidakmampuan panpel tuan rumah menangani penonton.

Apalagi, panpel Persija sebelumnya sudah terbiasa menangani masalah sejenis di GBK, yang notabene stadion terbesar se-Indonesia, yang rata-rata diisi 50 ribu lebih penonton, dari total kapasitas 80.000 kursi yang tersedia. Dengan pengalaman ini, seharusnya menangani 18.000 penonton di Bantul bukan perkara berat. Tapi, entah kenapa, pengalaman itu jadi percuma.

Tentu saja, "hat-trick" laga tunda Persija ini bukan perseden baik bagi kompetisi secara umum. Selain karena ketidaksiapan panpel, buruknya manajemen penjadwalan laga oleh PT LIB, selaku operator kompetisi, malah membuat situasi menjadi runyam. Jika nantinya Persija harus "menabung" laga tunda lagi, situasi akan makin runyam. Karena, biaya yang dikeluarkan akan lebih besar. Malah, jika dikalkulasi, kerugian akibat laga tunda akan lebih besar dibanding sanksi denda dari PSSI.

Apa yang dialami Persija ini, seharusnya bisa menjadi pembelajaran bersama, tentang pentingnya penjadwalan kompetisi yang terukur. Karena, ini adalah aspek penting dan mendasar, yang harus ada di kompetisi sepak bola profesional. Jika kesalahan mendasar ini masih terus terulang di sepak bola kita, rasanya sulit untuk berharap, timnas Indonesia (sebagai output kompetisi sepak bola nasional) bisa mencetak prestasi bagus di level benua apalagi dunia, dalam waktu dekat. Karena, output yang bagus tak pernah lahir dari input yang buruk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun