Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Malam Pilu Liverpool

27 Mei 2018   05:20 Diperbarui: 27 Mei 2018   05:25 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peluit panjang telah berbunyi. Para pemain Real Madrid tumpah dalam kegembiraan bersama Madridista di Kiev, ibukota Ukraina. Sementara itu, pemain Liverpool terdiam bersama Kopites dalam kekecewaan. Memang, malam itu terasa berat bagi mereka. Final yang tadinya membawa banyak harapan, justru menjadi penuh bencana.

Awalnya, semua baik-baik saja. Tapi, tak disangka, Liverpool mendapat bencana. Mohamed Salah mengalami cedera bahu setelah berebut bola dengan Sergio Ramos. Air mata Salah pun tumpah, bersama kecemasan yang melanda Liverpool dan timnas Mesir. Timnas Mesir jelas panas-dingin, mengingat Salah adalah pemain kunci Tim Firaun. Karena, jika cedera bahunya ternyata parah, Salah terancam batal tampil di Rusia.

Masuknya Adam Lallana, ternyata tak banyak membantu. Ia terlihat kikuk dan tak sepenuhnya siap menggantikan peran Salah. Ini membuat kerja lini belakang Real Madrid tak serumit sebelumnya. Malah, lini serang Si Putih mulai gencar menyerang. Tapi gol tak tercipta di babak pertama.

Di babak kedua, mimpi buruk itu akhirnya benar-benar datang. Meski mampu mencetak gol lewat aksi Sadio Mane, Liverpool tetap tumbang di Kiev, lewat gol Karim Benzema dan sepasang gol Gareth Bale. Ketiga gol ini, membuat Real Madrid menang 3-1 dan meraih gelar ke 13 mereka. Sungguh superior.

Pesta El Real menjadi kesedihan Liverpool. Kopites terdiam, Dejan Lovren yang biasanya sangar tanpa kompromi menangis tersedu-sedu. Tapi, tak ada yang lebih sedih dibanding Loris Karius, kiper Liverpool. Ia menangis tersedu-sedu, saat peluit panjang berbunyi, dan kembali berurai air mata, saat memberi salam, dan permintaan maaf ke suporter Liverpool.

Malam itu, ia memang menjadi terdakwa atas kekalahan Liverpool. Dua blunder konyolnya membuat Real mampu mencetak dua gol lewat Karim Benzema dan Gareth Bale. Padahal, rekan-rekannya sudah berusaha tampil sebaik mungkin, meski tanpa Mohamed Salah. Ironisnya, Karius menjadi toloh antagonis beda nasib dengan Sergio Ramos, yang 'sukses' meng-KO Mohamed Salah. Boleh jadi, pemuda Jerman ini akan banyak diingat, karena aksi konyolnya di Kiev.

Malam itu di Kiev, perjuangan Si Merah di Eropa berakhir menyedihkan. Perjalanan panjang dari babak play-off sampai final terasa sia-sia. Performa heroik mereka bak lenyap tanpa bekas. Ini menjadi de ja vu, dari apa yang mereka alami di Liga Europa dua tahun silam: tampil hebat di kompetisi, tapi kalah 1-3 di final dari Sevilla, tim La Liga Spanyol.

Meski berakhir tak mengenakkan, perjuangan Liverpool di Liga Champions musim ini tetap layak diapresiasi. Karena, mereka sebelumnya kerap 'absen' di kompetisi elite ini. Malah, kekalahan ini seharusnya bisa menjadi momentum, untuk bisa lebih baik di masa depan. Kekalahan memang menyakitkan, dan kita boleh sedih sejenak karenanya. Tapi, kita harus segera 'move on', demi hari esok yang lebih baik.

Come on, Reds!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun