Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Arsenal Terjebak Nostalgia

24 Mei 2018   00:03 Diperbarui: 24 Mei 2018   00:52 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melalui proses cukup panjang, akhirnya pada Rabu, (23/5), Arsenal resmi menugaskan Unai Emery (47), eks pelatih PSG, sebagai pelatih baru. Di Arsenal, pelatih asal Spanyol ini dikontrak selama 2 tahun plus opsi perpanjangan kontrak satu tahun.

Penunjukan Emery, mungkin terasa mengecewakan buat para Gooners. Karena, sebelum Emery datang, Arsenal banyak dikait-kaitkan, dengan pelatih-pelatih top macam Carlo Ancelotti, Thomas Tuchel, dan Max Allegri. Selain itu muncul juga sosok Patrick Vieira, Thierry Henry, dan Mikel Arteta, para mantan pemain, yang notabene sosok familiar bagi Gooners.

Tapi, jika dilihat sekali lagi, penunjukan Emery menunjukkan, Arsenal sedang terjebak nostalgia. Dalam artian, mereka memilih pelatih, dengan cara dan tipikal yang sama, seperti saat menunjuk Arsene Wenger tahun 1996 silam. Kala itu, Arsenal secara tak terduga memilih Wenger, setelah sebelumnya sempat santer dikaitkan dengan Johan Cruyff (Belanda), yang kala itu baru saja dipecat Barcelona.

Meski sempat mengundang tanda tanya, sejarah mencatat, Wenger sukses menjadi pelatih terlama dan tersukses klub, dengan gaya main atraktif. Tak hanya itu, Wenger sukses mengorbitkan pemain-pemain macam Patrick Vieira dan Thierry Henry menjadi bintang kelas dunia. Dari sisi finansial, Wenger sukses menjadikan kondisi keuangan Arsenal tetap sehat, meski sempat berutang cukup banyak, saat membangun Emirates Stadium.

Kebetulan, dalam beberapa hal, Emery punya profil mirip dengan Wenger. Pria Basque ini dikenal jago mengorbitkan pemain muda, menganut sepak bola menyerang, dan akrab dengan dana belanja mepet, sebelum dirinya melatih PSG.

Memang, di setiap klub yang dilatihnya (kecuali pada periode singkatnya di Spartak Moskwa), Emery mampu mengorbitkan pemain muda, meski anggaran belanja klubnya terbatas. Di Almeria (2006-2008), ia mampu mengorbitkan Diego Alves (kiper, Brasil) dan Alvaro Negredo (penyerang, Spanyol, pinjaman dari Real Madrid). Kelak, keduanya akan menjadi pilar Valencia, klub raksasa liga Spanyol. Di Sevilla (2013-2016), ia sukses mengorbitkan Sergio Rico. Di Valencia (2008-2012), ada Jordi Alba (kini di Barcelona), Juan Manuel Mata (kini di Manchester United), dan Daniel Parejo (kini kapten tim Valencia), yang sukses ia orbitkan.

Hebatnya, kebiasaan ini masih dilanjutkan Emery saat melatih PSG (2016-2018). Meski diberkahi dana belanja melimpah, ia tetap mampu mengorbitkan pemain muda berbakat dalam diri Presnel Kimpembe (22), bek jebolan akademi PSG, yang masuk skuad timnas Prancis di Piala Dunia 2018.

Dari sisi prestasi, CV Emery juga tak buruk. Almeria, dibawanya menembus papan tengah klasemen Divisi Primera musim 2007/2008, setelah musim sebelumnya promosi dari divisi dua. Valencia kembali ke papan atas La Liga, dan Sevilla mencetak hat-trick juara Liga Europa. Tak ketinggalan, PSG juga bergelimang trofi domestik bersama Emery.

Rekam jejak inilah, yang membuat Arsenal akhirnya memilih Emery. Kebetulan, untuk bursa transfer musim panas mendatang, Arsenal "hanya" punya bujet 50 juta pounds. Faktor inilah, yang membuat kandidat pelatih lainnya mundur teratur. Mana mungkin membangun tim yang sedang anjlok dengan anggaran belanja mepet?

Tapi, keraguan itu tak berlaku buat Emery, yang sebelumnya terbiasa dengan situasi macam ini. Malah, disinilah titik temu Emery dan Arsenal. Kemampuan Emery memoles pemain muda, dan gaya main menyerangnya, akan membuat Arsenal tak perlu mengubah identitasnya selama ini.

Boleh dibilang, Arsenal dan Emery memang sama-sama saling membutuhkan. Ibarat pertunjukan sulap, Emery sebagai "tukang sulap", membutuhkan panggung untuk beraksi, sementara, Arsenal sebagai panggung sulap, membutuhkan "tukang sulap", untuk memperbaiki peruntungannya. Kebetulan, Emery pernah menghadapi situasi seperti di Arsenal saat ini, saat melatih Valencia, yang sedang dilanda krisis keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun