Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dominasi Juventus, Sebuah Kewajaran

14 Mei 2018   10:52 Diperbarui: 14 Mei 2018   11:11 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuh kali Scudetto beruntun. Inilah prestasi sekaligus rekor terkini Juventus di Serie A. Rekor istimewa ini resmi didapat Juve, setelah Si Zebra bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah AS Roma, Senin, (14/5, dinihari WIB). Meski pada saat bersamaan Napoli mampu menang 2-0 atas Sampdoria, dengan 1 laga tersisa, posisi Juventus di puncak klasemen (nilai 92) takkan bisa dikejar Napoli (posisi 2, nilai 88). Gelar ini menjadi gelar juara ke 34 Juve di Liga Serie A Italia.

Mungkin sebagian orang akan menganggap, dominasi Juve ini sukses membuat Serie A sangat membosankan. Tanpa perlu berpikir pun, semua orang akan langsung menyebut Juve, sebagai kandidat terkuat juara. Bahkan, Juve sudah langsung diprediksi meraih scudetto, sejak sebelum kompetisi dimulai. Benar-benar membosankan.

Tapi, meski tampak sangat membosankan, dominasi Juve ini adalah satu hal yang sebetulnya sangat wajar. Mungkin, opini saya ini terasa menjengkelkan bagi Milanisti, Interisti, Laziale, Romanisti atau Neapolitan. Tapi, kenyataannya memang seperti itu. Mengapa?

Karena, Juve adalah tim yang secara komposisi pemain sudah "jadi" dan kerangka timnya relatif sama. Kalaupun ada perubahan, perubahan itu tak terlalu drastis, dan tetap sesuai skema permainan tim. Di bangku kepelatihan pun, situasinya relatif stabil. Juve hanya mempekerjakan 2 pelatih dalam 7 tahun terakhir, yakni Antonio Conte (2011-2014), dan Massimiliano Allegri (2014-sekarang).

Dari sisi finansial pun, Juve relatif kuat, salah satunya berkat keberadaan Stadion Allianz Arena alias J Stadium yang notabene milik mereka sendiri. Dari sinilah, Juve mampu membeli pemain bintang dengan harga mahal, seperti Paulo Dybala, dan Gonzalo Higuain.

Situasi ini berbanding terbalik dengan para rival domestik mereka; Duo Milan (AC Milan dan Inter Milan) masih belum stabil, Duo Roma (AS Roma dan Lazio) masih dalam tahap membangun ulang tim, dan Napoli belum mampu menjadi lawan seimbang Juve di liga. Parahnya, kelima tim ini masih belum punya stadion sendiri. Giuseppe Meazza/ San Siro (kandang Duo Milan), Stadio Olimpico (kandang duo Roma), dan San Paolo (kandang Napoli), adalah stadion milik pemerintah kota setempat, kelimanya hanya menyewa.

Diantara kelima tim ini, Napoli memang menjadi lawan terkuat Juve. Tapi, Napoli belum cukup kuat. Karena, meski punya materi pemain cukup bagus, Napoli masih sering kehilangan poin di saat-saat krusial. Inilah yang membuat Juve seperti tanpa lawan sepadan di Italia.

Jadi, daripada sibuk menuding Juve sudah 'membunuh' persaingan di Serie A, kita justru perlu mengapresiasi dominasi Juve di Italia. Karena, mereka mampu memanfaatkan kondisi tim-tim lawan mereka yang sedang belum stabil. Malah, kesuksesan Juve ini seharusnya bisa dijadikan pelecut bagi tim-tim rival, untuk segera berbenah. Jika mereka mampu membenahi kelemahannya, bisa dipastikan, persaingan di Serie A akan hidup lagi.

Ngomong-ngomong, Selamat, Juve!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun