Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Sepenuhnya Salah Spaso

1 Mei 2018   01:01 Diperbarui: 1 Mei 2018   01:16 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: tribunnews.com

Judul diatas, adalah kesimpulan sederhana, dari hasil imbang tanpa gol, yang didapat timnas Indonesia atas Korea Utara, di ajang Anniversary Cup 2018, Senin, (30/4). Memang, menyusul tumpulnya performa Lerby Eliandry, saat timnas kalah 0-1 dari Bahrain, Jumat, (27/4), nama Ilija "Spaso" Spasojevic, diharapkan mampu mencetak gol buat Garuda Muda. Sayang, Spaso gagal mencetak gol.

Jika berkaca pada hasil akhir laga, Spaso akan dinilai gagal, karena tak mampu mencetak gol, meski mampu membuat beberapa peluang bagus, termasuk satu tendangan yang membentur mistar gawang Korea Utara. Spaso pun termasuk jarang menyentuh bola di laga ini.

Tapi, kalau mau jujur, masih majalnya ketajaman lini serang timnas, sebetulnya bukan sepenuhnya salah Spaso. Karena, ia jarang mendapat suplai umpan matang dari lini tengah. Malah, performa Spaso di laga ini menyiratkan, Luis Milla sedang mencari penyerang bertipikal "target man" (bukan "finisher" atau "bomber"), yang mampu menarik perhatian bek lawan, sekaligus memberi ruang tembak buat rekan-rekannya. Jadi, Milla ingin coba memaksimalkan ketajaman lini tengah timnas, terutama posisi sayap, dan penyerang lubang, yang kebetulan diisi pemain-pemain yang cukup tajam.

Masalahnya, pemain sayap timnas, yang dimainkan saat melawan Korea Utara, yakni Febri Haryadi, Osvaldo Haay, dan Saddil Ramdani, masih cenderung egois, dengan gemar menggocek bola terlalu lama. Alhasil, tim lawan bisa cepat menutup celah pertahanan mereka. Peluang bagus pun hilang begitu saja.

Situasi ini, juga membuat Spaso (dan Septian David Maulana di pos penyerang lubang) kerap gagal menjangkau umpan dari sisi sayap. Karena, mereka sudah "out of position". Celakanya, dua gelandang bertahan timnas, yakni Zulfiandi dan Hargianto, jarang naik membantu serangan, pun dengan Ricky Fajrin dan Gavin Kwan di pos bek sayap. Alhasil, skema serangan timnas cenderung monoton, bisa ditangani tim lawan.

Di lini pertahanan, Hansamu Yama dkk masih rawan terhadap skema serangan balik cepat dan umpan silang lawan. Untunglah, gawang Awan Seto tak kebobolan, meski tim lawan kerap membuat peluang berbahaya.

Jadi, bisa disimpulkan, masalah sebenarnya di lini serang Tim Garuda, bukan kebutuhan akan penyerang bertipe "bomber", karena tipe penyerang yang dicari Milla justru "target man" berpostur tubuh ideal seperti Spaso dan Lerby. Dari laga melawan Korea Utara, kita dapat menemukan, masalah utama timnas saat ini adalah, belum padunya kerjasama tim, dan masih kurangnya kreativitas lini serang, disamping masalah klasik berupa stamina yang masih belum kuat bertarung selama 90 menit penuh.

Jadi, seharusnya kita bersyukur, semua masalah timnas ini ketahuan sekarang. Karena, akan gawat jika masalah ini baru muncul saat Asian Games mendatang. Praktis, dengan sudah mepetnya waktu persiapan yang masih tersisa, semoga timnas bisa segera membenahi semua masalah ini. Jika semua masalah ini teratasi, seharusnya berprestasi di Asian Games 2018 mendatang bukan lagi sebuah target muluk.

Bisa, Garuda Muda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun