Jika bicara soal Arema FC, kita semua sepakat, tim ini adalah satu dari sedikit tim yang komplet di liga Indonesia. Di sektor pemain, mereka punya beberapa pemain lokal yang langganan masuk timnas Indonesia, misalnya Kurniawan Kartika Ajie, Johan Alfarizi, dan Hanif Sjahbandie. Di sektor pemain asing, ada Thiago Fortuoso dan Artur Cunha (Brasil), Ahmet Atayev (Turkmenistan), dan si kreatif Balsa Bozovic (Montenegro).
Di pinggir lapangan, ada sosok Iwan Budianto, manajer yang dikenal bertangan dingin. Di sektor pelatih, Singo Edan dinahkodai Milan Petrovic, pelatih berlisensi UEFA Pro (level lisensi kepelatihan tertinggi di Eropa) asal Serbia. Meski sebenarnya berperan sebagai asisten pelatih Joko "Getuk" Susilo, Petrovic akan lebih banyak mendampingi skuad Arema. Karena, Joko Susilo sedang mengambil lisensi kepelatihan AFC Pro. Lisensi ini akan dijadikan standar lisensi pelatih, di Liga 1 2020 mendatang.
Tak cukup sampai disitu, Arema juga punya Aremania yang terkenal fanatik. Animo luar biasa Aremania inilah, yang membuat Arema FC tak pernah kesulitan mencari sponsor. Boleh dibilang, Arema FC punya semua syarat, untuk bisa berbicara banyak, di Liga 1 musim 2018 ini.
Tapi, alih-alih bersinar, Singo Edan justru mencatat start buruk di Liga 1 musim ini. Dari 5 laga, mereka hanya mencatat dua hasil imbang plus 3 kekalahan. Terakhir, mereka tumbang 2-3 saat melawan tuan rumah Madura United, Sabtu (21/4). Kekalahan ini didapat, setelah gol-gol Greg Nwokolo, Raphael Maitimo, dan Nurudin Davronov, hanya mampu dibalas oleh Dendi Santoso dan Thiago Fortuoso.
Start buruk ini, jelas menunjukkan, ada yang salah dengan Arema. Kesalahan itu ada pada keputusan manajemen Arema, yang mempekerjakan dua orang pelatih sekaligus. Akibatnya, Arema FC masih belum kunjung menemukan bentuk terbaiknya. Karena, tim ini dikendalikan oleh Getuk dan Petrovic. Padahal, idealnya sebuah tim hanya dilatih seorang pelatih.
Di sini, terlihat jelas, manajemen Arema terjebak pada paradigma "memberdayakan pelatih lokal" yang coba mereka terapkan musim ini. Tapi, paradigma ini malah membuat semua serba tak efektif. Karena, Arema mempekerjakan Petrovic, yang ditugaskan sebagai asisten pelatih merangkap "caretaker", dengan lisensi kepelatihan yang "overqualification" untuk posisinya.
Pada saat bersamaan, Arema juga masih mempekerjakan Getuk sebagai pelatih. Padahal, Getuk masih harus menjalani kursus kepelatihan. Alhasil, Getuk terlihat seperti pelatih "part time" di Arema. Keberadaan dua sosok ini, membuat Arema seperti sebuah kapal dengan dua nahkoda. Jika situasi ini terus dibiarkan, agaknya Liga 1 musim 2018 akan jadi mimpi buruk buat Arema FC dan Aremania.
Praktis, untuk saat ini, manajemen Arema harus melepas Getuk untuk sementara. Supaya, masalah tumpang tindih peran pelatih ini reda sejenak, dan Getuk bisa fokus dalam menuntaskan kursus kepelatihannya. Soal adaptasi coach Milan Petrovic, seharusnya itu bukan masalah serius, mengingat dalam tim Arema FC, ada sosok Dusan "Dule" Momcilovic, pelatih fisik asal Serbia, yang sudah cukup mengenal seluk beluk tim Arema FC. Jika Arema FC punya konsep taktik yang jelas, tanpa tumpang tindih, menemukan bentuk terbaik tim tinggal soal waktu.
Mampukah Arema FC melalui tren negatifnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H