Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menuju Petualangan Baru Joey Barton

20 April 2018   17:58 Diperbarui: 20 April 2018   21:50 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barton mulai menjajaki dunia kepelatihan (mirror.co.uk)

Jika bicara soal sosok Joey Barton (36), tentu tak lepas dari predikat  "Trouble Maker" alias "biang kerok". Semasa bermain, Barton, yang memulai karir seniornya di Manchester City (2002-2007) ini, seperti ditakdirkan lekat dengan kontoversi.

Di Manchester City, tepatnya tahun 2004, Barton sempat nyaris dipecat, karena berkelahi dengan pemain  tim junior. Tapi, setelah Barton meminta maaf, klub memutuskan mendendanya, dengan pemotongan gaji selama 6 pekan, sebesar 60 ribu pounds (kira-kira Rp 1,08 miliar).

Setahun setelahnya, Barton kembali berulah. Kali ini, ia terlibat kasus kecelakaan lalu lintas, dan pemukulan terhadap fans. Untuk kasus yang pertama, Barton bebas, setelah membayar uang jaminan. Tapi, untuk kasus kedua, ia didenda 120 ribu pounds (sekitar Rp 2 miliar). Selain itu, klub juga mengirimnya ke pusat rehabilitasi psikologi, agar perilakunya membaik.

Sayang, kebiasaan buruk Barton ini kembali terulang tahun 2007. Akibat melakukan tindak pemukulan, atas Ousmane Dabo, rekan setimnya, Barton dijatuhi hukuman denda, oleh klub, dan pihak berwajib, dengan total denda 125 ribu pounds (sekitar Rp 2,2 miliar), plus hukuman percobaan selama 4 bulan, dan 200 jam pelayanan masyarakat. FA juga menghukumnya, dengan larangan bermain sebanyak 6 laga, pada musim 2007/2008.

Kejadian ini praktis menamatkan karir Barton di Manchester City. Musim panas 2007, ia hengkang ke Newcastle United. Setelahnya, ia berkelana ke QPR (2011-2015), Olympique Marseille (Prancis, 2012-2013, pinjam), Burnley (2015-2016, dan awal 2017), dan Glasgow Rangers (Skotlandia, 2016).

Tapi, seperti yang sudah-sudah, karir Barton lebih banyak dihiasi masalah indisipliner, daripada prestasi. Di Newcastle, ia sempat dihukum penjara selama 6 bulan, yang hanya dijalaninya selama 11 pekan, setelah melalui proses banding. Hukuman ini didapatnya, akibat melakukan tindak penganiayaan.

Saat di QPR, ia juga sempat berulah, dengan memicu keributan di lapangan, saat QPR kalah 2-3 dari Manchester City, di akhir musim 2011/2012. FA lalu mengganjarnya, dengan hukuman larangan main selama 12 laga. Hukuman ini dijalaninya, saat ia dipinjamkan ke Marseille. Selain itu, FA juga mendendanya sebesar 75 ribu pounds (sekitar Rp 1,5 miliar). Tak ketinggalan, QPR juga menjatuhkan denda pemotongan gaji sebesar 500 ribu pound (sekitar Rp 9 miliar), plus peringatan keras.

Setelah sempat menjalani karir singkat yang tenang, pada periode pertamanya di Burnley (2015-2016), masalah indisipliner kembali menghampirinya, saat memperkuat Glasgow Rangers. Kali ini, SFA (PSSI-nya Skotlandia) menghukum Barton larangan bermain sampai akhir tahun 2016, karena hobi berjudinya. Alhasil, kontraknya diputus Gers lebih cepat.

Barton baru kembali aktif bermain, saat bergabung lagi dengan Burnley, awal tahun 2017. Tapi, pada 25 April 2017, hobi berjudinya membuat Barton kembali harus menerima skorsing selama 18 bulan dari FA. Akibatnya, kebersamaannya dengan Burnley harus berakhir. Untunglah, banding yang diajukannya sukses, dan skorsingnya akan berakhir 1 Juni 2018 mendatang.

Momen ini, praktis menamatkan karir bermainnya. Tapi, momen buruk ini, lalu dimanfaatkan Barton, untuk bersiap menapak dunia kepelatihan. Dan, pada Kamis (19/4), ia resmi ditunjuk sebagai pelatih Fleetwood Town, klub League One, kompetisi kasta ketiga Liga Inggris. Di Fleetwood, Barton akan mulai bertugas per 2 Juni 2018 mendatang, atau sehari setelah masa skorsingnya selesai.

Tak segaduh seperti saat masih bermain dulu, Barton kini menapak karir barunya di dunia kepelatihan dengan tenang. Tak hanya itu, ia berani memulainya dari bawah. Memang, saat masih bermain, ia adalah seorang yang bengal. Tapi, dunia kepelatihan, jelas berbeda dengan arena lapangan hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun