Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Diklat Pemain ala Timnas Arab Saudi

30 Maret 2018   00:24 Diperbarui: 30 Maret 2018   00:34 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohammed Al Sahlawi (Metro.co.uk)

Setelah kompetisi Liga Arab Saudi usai pada 12 April 2018 mendatang, penyerang timnas Arab Saudi dan klub Al-Nassr (Arab Saudi), Mohammad Al Sahlawi, akan menjalani "trial" di klub Manchester United selama 3 pekan kedepan. Berita ini disampaikan Turki Al Sheikh, Menteri Olahraga Arab Saudi, seperti dilansir goal.com, (29/3). Menariknya, ada dua perspektif berbeda, mengenai trial yang akan dijalani penyerang berusia 31 tahun ini di Carrington. Kedua perspektif ini muncul, karena frasa "trial" yang digunakan, untuk menyebut aktivitas Al Sahlawi di United.

Perspektif pertama muncul, dari persepsi publik selama ini tentang kata "trial" untuk pesepakbola. Selama ini, kata "trial" terlanjur hanya diidentikkan dengan kegiatan "seleksi pemain sebelum benar-benar dikontrak tim". Perspektif inilah yang lalu dimanfaatkan media "clickbait", untuk menjaring klik sebanyak mungkin. Apalagi, beritanya terdengar "wow": pemain asal Arab Saudi "trial" di klub sekelas Manchester United. Tapi, benarkah Al-Sahlawi menjalani "trial" untuk direkrut Setan Merah?

Jawabannya, ada pada fungsi lain "trial", yang justru kerap terlupakan; menjaga level kebugaran pemain, lewat program latihan rutin. Ya, inilah tujuan "trial" Al-Sahlawi ke United yang sebenarnya. Trial ini adalah program untuk mengisi jeda pascakompetisi liga Arab Saudi, yang berakhir 12 April 2018. Secara teknis, program trial ini, adalah bagian dari program kerjasama pemerintah Arab Saudi dan Manchester United, dan program persiapan Timnas Arab Saudi, jelang Piala Dunia 2018 Rusia, yang akan dimulai bulan Juni mendatang.

Sebelumnya, untuk tujuan serupa, SAFF (PSSI-nya Arab Saudi), juga menggandeng RFEF (PSSI-nya Spanyol), untuk 'menyekolahkan' pemain-pemain kunci timnas Arab Saudi ke liga Spanyol, di paruh kedua musim 2017/2018. Hasilnya, ada beberapa pemain timnas Arab Saudi yang main di liga Spanyol, seperti Yahya Al-Shehri (Leganes), Salem Al-Dawsari (Villarreal) hingga Mohamed Al-Kwikbi (Levante).

Jika melihat situasinya, program "diklat pemain" ala SAFF ini adalah satu hal yang sangat logis. Dari sisi prestasi, ini adalah upaya persiapan timnas Arab Saudi, agar tak tampil memalukan di Rusia. Apalagi, mereka satu grup dengan tuan rumah Rusia, Uruguay, dan Mesir. Grup ini jelas tak mudah. Jadi, perlu persiapan tersendiri untuk menghadapinya.

Seperti diketahui, sejak menembus perdelapanfinal Piala Dunia 1994, di edisi-edisi Piala Dunia berikutnya, timnas Arab Saudi selalu tersingkir di fase grup. Bahkan, mereka sempat absen di dua edisi Piala Dunia terakhir. Tak heran, timnas Arab Saudi kini berani mengadakan program persiapan Piala Dunia yang cukup mewah, berupa "diklat" pemain ke klub kontestan kompetisi liga kelas top Eropa. Untuk standar Arab Saudi, program diklat ini tentunya tak mahal.

Menariknya, program "diklat pemain" ala timnas Arab Saudi ini, mengingatkan kita pada program "PSSI Primavera" di era 1990-an, dan SAD Uruguay di era 2000-an. Kala itu, PSSI mengirim sebuah tim berisi pemain-pemain muda, untuk bermain di liga Italia dan Uruguay. Tapi, program mewah ini tak banyak berbuah positif, karena timnas Indonesia tetap saja kesulitan berprestasi sesuai harapan. Satu-satunya pembeda adalah, program "diklat" timnas Arab Saudi melibatkan pemain-pemain kunci timnas senior mereka, dan jangka waktunya relatif lebih pendek dari program Primavera dan SAD.

Jika ternyata cara "diklat pemain" ala Arab Saudi mampu membuat mereka (minimal) tak tampil memalukan di Rusia nanti, boleh jadi cara instan ini akan ditiru PSSI di masa depan. Meskipun, cara ini sebenarnya sangat tak efektif. Karena, kemampuan optimal seorang pesepakbola, hanya bisa dihasilkan dari latihan intensif dalam jangka panjang, dengan sistem pembinaan pemain muda yang baik, bukan lewat program latihan kilat ke luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun