Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Arsenal Bergaya Italia

10 Maret 2018   05:57 Diperbarui: 10 Maret 2018   06:51 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bicara soal Arsenal, tentu tak bisa lepas dari gaya main menyerang atau sepak bola atraktif, bahkan saat mereka bermain jelek sekalipun. Boleh dibilang, gaya main pragmatis, apalagi gaya main ala sepak bola Italia, adalah satu hal yang jarang, bahkan hampir mustahil dimainkan skuad Arsene Wenger.

Tapi, tanpa disangka-sangka, saat menghadapi tuan rumah AC Milan (Italia), pada Jumat, (9/3, dinihari WIB) lalu, Arsenal justru menerapkan gaya sepak bola Italia, lengkap dengan formasi 3 beknya. Bahkan, meski tak diunggulkan, akibat performa jeblok belakangan ini, mereka justru sukses menang 0-2, berkat gol yang dicetak Aaron Ramsey dan Henrikh Mkhitaryan, yang semuanya tercipta dari assist Mesut Ozil. Hasil ini, membuat Arsenal berada dalam posisi cukup nyaman, jelang laga leg kedua, yang akan digelar di Stadion Emirates, Jumat, (16/3, dinihari WIB).

Secara taktikal, gaya Italia yang dimainkan Arsenal, menjadi satu kejutan tersendiri. Karena, gaya main ini "sangat tidak Arsenal". Di sini, Wenger benar-benar berjudi. Tapi, secara mengejutkan, mereka sukses melakukannya dengan gaya yang bahkan "lebih Italia", dari kesebelasan asal Italia itu sendiri.

Selain menggunakan formasi 3 bek, ke-Italia-an Arsenal di San Siro begitu terlihat di beberapa aspek permainan. Pertama, mereka menugaskan Mesut Ozil sebagai "Fantasista", alias "pemain nomor 10", dalam konteks sepak bola Italia. Peran ini mampu diemban Ozil dengan baik, lewat dua assist yang dicetaknya.

Kedua, dalam laga ini, Arsenal mencatat 49 persen penguasaan bola, kalah tipis dari Milan (51 persen). Ketiga, dalam laga ini, Milan membuat 16 "shots on target", sedangkan Arsenal hanya 8 "shots on target". Meski 'kalah' di dua aspek ini, Arsenal tetap mampu membuat dua gol, tanpa sekalipun kebobolan. Situasi ini jelas berbeda dengan gaya main Arsenal  selama ini, yang biasa mendominasi laga, mengkreasi banyak peluang, tapi kurang efektif, dan kerap tak berkutik saat didikte lawan.

Hasil akhir di San Siro jelas menunjukkan, pertaruhan "anti-strategi" yang dilakukan Wenger di San Siro terbukti ampuh, dan mampu membalikkan semua prediksi sebelum laga dimulai. Kali ini, tanpa malu-malu, Wenger yang sedang terpojok mulai menjadikan Liga Europa sebagai target. Memang, dengan posisi Arsenal saat ini, sulit mengharapkan mereka bisa finis di posisi 4 besar liga Inggris. Jadi, "rute alternatif" bernama Liga Europa adalah opsi realistis. Toh, skenario ini pernah sukses dijalani Manchester United musim lalu. Kebetulan, pada musim lalu, United juga dalam situasi seperti Arsenal di liga. Skenario inilah, yang agaknya sedang coba diulang Arsenal.

Menariknya, kemenangan Arsenal di San Siro sekali lagi membuktikan, betapa ampuhnya "the power of kepepet". Karena, dalam situasi kepepet-lah, Arsenal mampu membuat kejutan positif. Jika mereka mampu memanfaatkan momentum positif ini, bisa jadi, ini akan menjadi titik balik  Arsenal (dan Wenger) di sisa musim ini. Boleh jadi, jika Arsenal bisa menutup musim dengan manis, tagar #WengerOut, yang selama ini menjadi koor wajib Gooners, akan berubah menjadi #ArseneForArsenal.

Mampukah Arsenal (dan Arsene) mewujudkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun