Final Piala Liga musim 2017/2018, Minggu (25/2) lalu, yang dimenangkan Manchester City dengan skor 3-0, menyajikan sejumlah kisah, mulai dari nasib malang Arsenal dan berjayanya Manchester City, sampai desakan "Wenger Out" yang kembali menguat. Tapi, diantara sejumlah kisah itu, kisah Pep Guardiola, dan pita kuning yang ia kenakan di laga itu, sedikit luput dari perhatian publik.
Memang, dalam laga itu, Pep mengenakan pita berwarna kuning. Kebiasaan ini sudah dilakukan Pep saat mendampingi Manchester City berlaga, selama beberapa pekan terakhir. Sepintas, aksi Pep ini terlihat sepele, tapi ternyata pita kuning yang dikenakan Pep, membuatnya didenda FA. Mengapa bisa begitu?
Ternyata, pita kuning yang dikenakan Pep, adalah simbol solidaritas, kepada para politisi pro-kemerdekaan Catalonia yang kini sedang ditahan, akibat dinilai melakukan makar oleh pemerintah pusat Spanyol, yang berbasis di Madrid. Penangkapan ini adalah dampak lanjutan, setelah digelarnya referendum kemerdekaan Catalonia, Oktober 2017 silam. Pep sendiri, selaku putra asli Catalonia, dikenal sebagai sosok yang vokal soal kemerdekaan Catalonia. Sosok tenar lain asal Catalonia, yang juga vokal seperti Pep antara lain adalah Gerard Pique, bek andalan Barcelona.
Memang, meski terlihat sepele, aksi Pep ini tetap melanggar aturan FA, terkait larangan menampilkan simbol-simbol politik di lapangan hijau, sebelum, selama, dan sesudah pertandingan. Kecuali jika ada kesepakatan yang disetujui sebelumnya. Tapi, jika memakai konteks cinta tanah air, meski bermuatan politis, tindakan ini sebetulnya wajar. Apalagi, di liga Inggris juga ada kebiasaan, dimana para manajer asal negara-negara Britania Raya mengenakan simbol lencana Bunga Poppy setiap tahun, tepatnya pada hari "Rememberance Day" (mirip Hari Pahlawan di Indonesia).Â
Meski bermuatan historis-patriotis, Rememberance Day juga mempunyai muatan politis. Seperti diketahui, Inggris adalah salah satu negara anggota aliansi sekutu, kelompok pemenang di Perang Dunia kedua (1939-1945). Inilah satu celah, dalam aturan FA, tentang larangan menampilkan simbol politik di sepak bola.
Agaknya, celah inilah, yang coba dimanfaatkan Pep, untuk menyuarakan pendapat pribadinya lewat simbol pita kuning yang dikenakannya. Sialnya, pascareferendum, Catalonia berada dalam posisi kurang menguntungkan; bagi pemerintah pusat Spanyol aksi Catalonia ini adalah aksi ilegal, sementara itu, dunia belum (kalau tidak ingin dibilang tidak) mau mengakui kemerdekaan Catalonia. Praktis, aksi "berpita kuning" Pep tak lebih dari aksi simbolik semata.
Menariknya, aksi Pep ini sekali lagi membuktikan, meski sebetulnya ditakdirkan tak bisa seiring sejalan, politik dan sepak bola kadang bisa berjalan beriringan. Bahkan, kadang keduanya bisa saling memberi panggung untuk tampil di depan publik. Pada kasus "Pita Kuning Pep", lapangan sepak bola menjadi panggung seorang Pep Guardiola, untuk menyuarakan pendapat politiknya secara simbolis, dalam balutan rasa solidaritas. Memang, politik dan sepak bola adalah teman tapi mesra yang kadang suka benci tapi rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H