Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Conte Termakan Jebakan Mou

26 Februari 2018   01:17 Diperbarui: 26 Februari 2018   01:39 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unggul lebih dulu, tapi akhirnya tumbang. Itulah gambaran performa Chelsea saat ditekuk tuan rumah Manchester United (MU) 1-2, Minggu (25/2). Memang, dalam laga ini, Chelsea sempat unggul lebih dulu lewat gol Willian. Tapi, hutang gol itu dibayar lunas MU, lewat gol yang dicetak Romelu Lukaku dan Jesse Lingard. Hasil ini membuat United (nilai 59) kembali ke posisi 2 klasemen sementara Liga Primer Inggris (EPL). Sementara itu, Chelsea (nilai 53) terdampar di posisi lima.

Jika melihat situasi kedua tim sebelum laga ini berjalan, sorotan utama tertuju pada Jose Mourinho (MU), dan Antonio Conte (Chelsea), pelatih kedua tim. Seperti diketahui, sejak awal tahun 2018 silam, keduanya rajin berperang kata-kata di media. Pemicu awalnya adalah, pernyataan Mourinho, yang menganggap Conte dan Juergen Klopp (pelatih Liverpool) sebagai "badut". Cap ini muncul, karena keduanya selalu ekspresif di pinggir lapangan.

Sekilas, tindakan Mou ini tampak kurang kerjaan. Tapi, ini adalah taktik lama Mou, untuk mengalihkan fokus Klopp dan Conte, yang dipandang sebagai lawan yang perlu disingkirkan. Supaya, lawan berat MU di liga dapat berkurang. Di sini, Mou mencoba memanfaatkan sifat ekspresif Klopp dan Conte. Lalu, bagaimanakah hasilnya?

Ternyata, komentar Mou ini menghasilkan dua reaksi berbeda. Klopp cenderung cuek, sedangkan Conte malah melayani omongan Mou. Di sini, Conte termakan umpan jebakan yang dilempar Mou dengan mudah. Inilah awal drama perang kata-kata Mou Vs Conte. Klopp sendiri lolos dari drama ini, karena ia lebih memilih fokus membenahi performa Si Merah, yang memang sedang naik-turun, daripada sibuk berkoar di media.

Menariknya, dua respon berlawanan ini, menghasilkan dampak yang berlawanan pula. Sejak Conte sibuk berperang mulut dengan Mou, Chelsea malah 'gagal fokus'. Akibatnya, performa Chelsea di lapangan pun anjlok. Bahkan, mereka terlempar dari posisi 4 besar klasemen sementara EPL, setelah kalah 1-2 dari MU. Ini jelas situasi buruk, untuk tim yang musim lalu juara liga. Sementara itu di Liverpool, Klopp mulai mampu menjaga konsistensi performa Si Merah, yang kini mulai terbiasa berada di posisi 4 besar EPL, satu hal yang belakangan sempat hilang di Liverpool.

Drama perang kata-kata Mou Vs Conte ini sekali lagi membuktikan, betapa berbahayanya efek 'gagal fokus', bagi performa tim secara keseluruhan. Terutama, jika fokus tim sampai teralihkan, akibat terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang sebetulnya tak penting untuk direspon. Hal ini juga membuktikan, kecerdasan taktik dan teknik memang harus dimiliki seorang pelatih, supaya dapat berdampak positif terhadap performa tim. Tapi, selain dituntut berotak encer, seorang pelatih juga harus mampu memilah, komentar mana yang perlu direspon dan komentar mana yang tak perlu direspon. Supaya, performa tim tak lantas anjlok, hanya karena sibuk menanggapi komentar tak penting secara berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun