Pada 10 dan 13 Februari 2017 mendatang, akan berlangsung babak semifinal Piala Presiden 2018. Di babak ini, tersaji dua laga yang cukup menarik, yakni Persija Jakarta Vs PSMS Medan, dan Bali United Vs Sriwijaya FC.
Laga pertama mempertemukan dua tim yang cukup kuat dan punya beberapa kesamaan: sama-sama dilatih pelatih jempolan (Djadjang Nurdjaman di PSMS Vs Teco di Persija), sama-sama punya kiper bagus (Abdul Rohim di PSMS Vs Adritany di Persija) dan sama-sama berstatus "tim musafir". Seperti diketahui, Persija belum juga menentukan dimana kandang mereka. Sedangkan, PSMS masih belum tuntas merenovasi Stadion Teladan, kandang mereka. Situasi ini, membuat kedua tim harus mengungsi sementara ke Stadion Manahan di kota Solo, dan melangsungkan dua leg laga semifinal Piala Presiden 2018 di stadion ini.
Sementara itu, laga kedua mempertemukan dua tim bertabur bintang, yang sama-sama punya barisan suporter fanatik. Bali United punya Semeton Dewata, sementara Sriwijaya FC punya Singa Mania. Menariknya, kedua tim sama-sama diasuh pelatih lokal yang tergolong cukup sukses, yakni Rahmad Darmawan (Sriwijaya FC), dan Widodo C. Putro (Bali United).
Cukup berimbangnya kekuatan keempat tim semifinalis Piala Presiden 2018, sudah cukup jelas, untuk menggambarkan akan ketatnya laga semifinal Piala Presiden 2018. Faktor gengsi, dan tekanan tinggi khas babak semifinal, akan menambah daya tariknya.
Tapi, tanpa bermaksud mendiskreditkan, babak semifinal Piala Presiden 2018, terancam akan terasa hambar. Karena, tak seperti di babak-babak sebelumnya, babak semifinal kali ini akan berlangsung dalam dua leg. Memang, kedua tim yang berlaga, akan sama-sama mendapat giliran menjadi tuan rumah.Â
Tapi, pertandingan yang digelar, berpeluang akan menyajikan pola klasik khas Liga Indonesia; tim tuan rumah akan mengurung habis tim tamu, yang hanya akan mengincar hasil imbang, agar bisa membalas di leg kedua, saat gantian menjadi tuan rumah. Kalau saja laga dimainkan hanya sekali di tempat netral seperti di babak sebelumnya, laga akan berjalan lebih terbuka dan berimbang.
Memang, meski tampak aneh, format babak semifinal Piala Presiden 2018, justru memperlihatkan, betapa PSSI ingin menonjolkan unsur "showbiz" di turnamen ini, dengan memanfaatkan animo tinggi suporter, dan potensi pemasukan lewat hak siar. Secara bisnis ini tidak salah, hanya saja, ini menampilkan satu sikap kurang baik, yang selama ini menjadi satu ciri khas PSSI: tidak konsisten.Â
Padahal, akan lebih baik, jika PSSI konsisten menerapkan format sistem yang sama, dari awal sampai akhir, bukan setengah-setengah. Jika sudah begini, klublah yang akan rugi. Jelas, jika sikap ini masih terus dibiasakan, akan sulit bagi sepak bola nasional, untuk bisa segera meningkatkan kualitas kompetisi di Tanah Air.
Bagaimanapun, terlepas dari semua kekurangan yang menyertainya, semoga kedua leg laga semifinal Piala Presiden 2018 tetap mampu berjalan menarik, dengan setiap tim mampu tampil maksimal, guna meraih tiket ke partai puncak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H