Dalam film Hollywood, kita mengenal tokoh Robin Hood, dari dua sisi berbeda. Di satu sisi, Robin Hood adalah musuh orang kaya, karena, ia gemar mencuri atau merampok harta orang kaya. Tapi, bagi orang miskin, Robin Hood adalah pahlawan. Karena, ia selalu membagikan barang hasil rampasannya kepada orang miskin.
Oke, kisah Robin Hood itu hanya sebuah film, yang meski diangkat dari kisah nyata, telah mengalami modifikasi di sana-sini. Sehingga, kisah ini tak ubahnya sebuah kisah legenda, dan posisi tokoh Robin Hood pun menjadi antara fiksi dan nyata.
Tapi, sosok "Robin Hood" ternyata benar-benar ada di sepak bola, tepatnya di Liga Inggris, dalam wujud Liverpool, klub asal Merseyside. Ya, Liverpool adalah wujud nyata sosok Robin Hood, dari segi mentalitas bertanding. Karena, Liverpool kerap tampil luar biasa, saat menghadapi tim kuat, yang kadang lebih diunggulkan. Tapi, tapi, saat menghadapi tim, yang diatas kertas lebih lemah, mereka kerap kecolongan, bahkan menelan kekalahan di luar dugaan.
Kebetulan, contoh nyata dari mental "Robin Hood" Si Merah, terjadi di dua laga terakhir mereka di EPL, yakni pada Minggu (14/1, GMT), saat melawan Manchester City di Anfield, dan saat bertamu ke markas Swansea City, Senin (22/1 GMT, Selasa dini hari WIB). Kebetulan pula, Manchester City adalah tim pemucak klasemen sementara liga Inggris, sedangkan Swansea adalah tim juru kunci klasemen. Benar-benar kontras.
Saat melawan City, Liverpool tampil begitu spartan, dan sukses memberi kekalahan pertama bagi City di liga musim ini, dalam satu laga menegangkan, yang dimenangkan Si Merah dengan skor 4-3. Meski kebobolan 3 gol, kemenangan ini tetap membuat Liverpool panen pujian. Tapi, performa itu seperti hilang tanpa bekas, saat mereka menghadapi Swansea.Â
Lini serang Liverpool mengalami kebuntuan, dan tak mampu membalas gol tunggal Swansea yang dicetak Alfie Mawson di menit ke 40. Kekalahan 0-1 ini, membuat Liverpool tertahan di posisi 4 klasemen sementara. Sedangkan, kemenangan ini membuka harapan Swansea untuk bisa lolos dari jerat degradasi
Sebetulnya, mental "Robin Hood" ini adalah penyakit lama Liverpool yang kerap kambuh. Penyakit inilah, yang kerap membuat performa Liverpool cenderung labil. Akibatnya, Liverpool sulit konsisten finis di papan atas, apalagi berpacu memperebutkan gelar juara liga.Â
Jelas, jika ingin konsisten bersaing di papan atas, Liverpool tak boleh terlalu dermawan pada klub kecil, seperti mereka 'pelit poin' saat melawan tim besar. Karena, meski dasarnya adalah sportivitas, ukuran kesuksesan atau kegagalan dalam sebuah kompetisi, tetap diukur dari jumlah poin yang diraih, dengan melihat jumlah menang-seri-kalah yang diraih.
Ayo bangkit, Liverpool!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H