Bicara soal tahun baru, hal-hal yang biasanya selalu melekat dengannya adalah, perayaan, pesta kembang api, resolusi target yang ingin dicapai, kegembiraan, dan hal-hal penuh ingar bingar lainnya, yang terbungkus rapi, dalam balutan optimisme dan euforia. Titik puncaknya, tentu saja adalah detik-detik pergantian tahun, tepat pada pukul 00.00 dini hari.
Jika dilihat lagi, meski semua itu sah-sah saja untuk dilakukan, detik-detik pergantian tahun adalah sebuah potret paradoksal, dari apa yang umumnya terjadi, di hari-hari biasa, pada pukul 00.00 dini hari. Jika biasanya orang sudah tertidur lelap, atau masih lembur mengebut pekerjaan, tanpa sempat melihat jam, kali ini semua kompak menantikan detik-detik pergantian tahun dengan antusias.Â
Di sini, pesimisme, kecemasan, dan hal-hal negatif lainnya akan dienyahkan sejenak. Tak heran, lagu bernada pasrah seperti "Que Sera Sera", tak populer di tahun baru. Tapi, setelah tahun baru lewat, hal-hal negatif ini, malah ikut dibawa sepanjang tahun, bersama hal-hal positif.
Pada detik-detik pergantian tahun, banyak orang akan menetapkan, bahkan mengumbar resolusi pribadinya di tahun baru dengan penuh keyakinan. Ada yang ingin menikah, punya anak, punya pekerjaan tetap dengan pemasukan wah, lulus kuliah, dan lain-lain. Memang, itu tidak salah, tapi itu bisa jadi bumerang. Karena, jika resolusi yang digemborkannya itu ternyata tak terwujud, si pencetus 'resolusi gagal' itu akan jadi bahan tertawaan. Alhasil, ia hanya akan menambah luka yang tak perlu untuk diri sendiri.
Saya sendiri, memilih bersikap hati-hati, dalam menyambut tahun baru. Memang, ada resolusi pribadi, yang ingin saya wujudkan tahun ini. Tapi, itu tidak untuk diumbar ke publik. Karena, ini sama sekali tidak tampak menarik, lebih tepatnya sangat sederhana.
Pada hari terakhir tahun 2017, saya mengisinya, dengan beribadah pagi di gereja, tidur siang, dan menulis. Selebihnya, saya diam merenung dan berdoa sendirian, saat detik-detik pergantian tahun itu datang. Bagi saya, berdoa di detik-detik pergantian tahun, tak jauh beda, dengan berdoa tengah malam, di hari-hari biasa. Hanya saja, kali ini perlu konsentrasi lebih. Karena, suasana kali ini lebih riuh dari biasanya.
Penghujung tahun, adalah waktu tepat, untuk mengevaluasi, apa saja yang sudah kita capai tahun ini, dan ingin dicapai tahun depan. Meski optimisme itu ada, kita tetap harus berhati-hati, dalam mencanangkan target yang ingin dicapai. Karena, ada begitu banyak hal diluar kendali manusia, yang ikut berperan menentukan terwujud-tidaknya target tersebut.
Selain menjadi masa pesta dan evaluasi diri, penghujung tahun adalah waktu ideal, untuk merenungkan, dan mensyukuri, apa yang sudah kita dapat sepanjang tahun. Sekecil apapun yang kita dapat, ini tetap berkat yang patut disyukuri. Bahkan, meski tahun ini terasa getir sekalipun, kita tetap harus bersyukur bisa melewatinya. Karena, sebagai manusia kita tak pernah tahu, apakah Sang Pencipta mengizinkan tahun-tahun selanjutnya, bisa kita lewati dengan selamat atau tidak.
Terlepas dari warna-warni yang selalu setia mengiringinya, Tahun Baru selalu layak disambut dengan satu harapan; semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
Selamat Tahun Baru 2018 untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H