Diantara semua aktivitas transfer pemain, di Liga Indonesia sejauh ini, tak ada transfer yang prosesnya begitu heboh dan penuh drama, selain transfer Terens Puhiri dari Borneo FC. Memang, ada kasus transfer Evan Dimas dan Ilham Udin Armayn ke Selangor FC, yang masih menyisakan polemik. Tapi, proses transfer Terens jauh lebih lama, berliku, dan sempat tak jelas akhirnya, seperti alur cerita sinetron kejar tayang.
Semua dimulai, dari gol solo run Terens ke gawang Mitra Kukar, di ajang Liga 1 musim 2017. Kala itu, kecepatan larinya yang spektakuler, membuat gol yang dicetaknya menjadi viral di media sosial. Bahkan, media asing macam Daily Mail (Inggris) dan Globoesporte (Brasil), kompak melabeli pemain kelahiran Jayapura ini, sebagai salah satu pesepakbola tercepat di dunia saat ini. Label ini, juga membuat klub mancanegara tertarik merekrutnya, termasuk klub liga Kroasia, Malaysia, dan Thailand.
Viralnya gol spektakuler Terens, sukses membuat publik sepak bola nasional heboh, dan potensi transfer Terens pun diberitakan secara masif. Tapi, pemberitaan masif soal Terens, yang terikat kontrak di Borneo FC sampai tahun 2021, justru berbalik merugikan dirinya. Karena, satu persatu klub peminatnya mundur.Â
Awalnya, klub liga Kroasia, yang sebelumnya kerap diberitakan tertarik, justru menarik diri. Setelahnya, klub asal Malaysia (termasuk Perak FA), dan Thailand, ikut mundur. Praktis, Terens berpotensi tetap bertahan di Borneo FC. Situasi ini, diperkuat pernyataan Iwan Setiawan (Pelatih Borneo FC), seperti dilansir laman goal.com (8/12), yang memastikan Terens tetap bertahan. Praktis, rumor transfer Terens pun mendingin.
Tapi, saat situasi tenang inilah, Terens dan Borneo FC secara tak terduga, pada Rabu (20/12), meresmikan transfer ke Port FC, tim kontestan kompetisi kasta teratas Liga Thailand, dengan nilai transfer yang tak disebutkan. Di klub barunya ini, Terens diikat kontrak selama setahun, seperti dilansir laman goal.com, (20/12).
Menariknya, drama transfer Terens kali ini, seolah memberi pelajaran berharga bagi Borneo FC, selaku klub asal Terens, soal "do and don't" (hal yang boleh dan tak boleh dilakukan) saat transfer pemain berlangsung. Di sini, pada awalnya, Borneo FC memberitakan rumor transfer Terens secara masif. Akibatnya, klub peminat sempat menarik diri. Menyadari kekeliruan ini, Borneo FC lalu segera mendinginkan suasana, dan bergerak dalam diam, sebelum akhirnya mengumumkan semuanya, saat kesepakatan sudah benar-benar resmi.
Uniknya, proses peresmian transfer Terens ini justru lancar, tanpa ada polemik, ataupun kehebohan seperti sebelumnya. Dari sini, Borneo FC terbukti sukses membuat "plot twist", dari cerita "Drama Transfer Terens Puhiri", yang (untungnya) berakhir bahagia.
Dengan usia Terens yang saat ini masih 21 tahun, kemampuannya masih bisa berkembang lebih jauh. Kepindahannya ke Liga Thailand ini, jelas sebuah lompatan besar dalam karirnya, sekaligus menunjukkan keberaniannya keluar dari zona nyaman. Jika di Thailand nanti ia mampu mengembangkan kemampuannya dengan baik, bisa jadi transfer ini baru titik awal sinar kebintangannya.
Good Luck, Terens!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H